Postingan

Banda Neira yang Kembali Berlayar Lebih Jauh

Menjelang penghujung Oktober lalu, kembali aktifnya media sosial X Banda Neira mengejutkan linimasa. Para pendengarnya pun bertanya-tanya, apakah ini pertanda mereka akan melakukan reuni, atau ada sesuatu yang lain? Seperti yang kita tahu, band yang awalnya digawangi duo Ananda Badudu dan Rara Sekar ini, dinyatakan bubar di tahun yang sama ketika album kedua Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti (2016) dirilis. Selama hampir 8 tahun semenjak itu, dalam rentang waktu yang lebih panjang daripada masa aktif mereka sebagai sebuah band, lagu-lagu Banda Neira terus dihidupi dan menemui para pendengarnya lebih banyak lagi, serta menemani mereka saat melewati masa-masa sulitnya. Selama itu pula pendengarnya menanti-nanti kapan mereka akan kembali bermusik bersama membawa nama Banda Neira. Rara Sekar sendiri telah memulai proyek musik bernama hara , sementara Ananda Badudu juga sempat menjalankan proyek solo. Kini Banda Neira akhirnya resmi kembali berlayar, menjawab semua kerinduan pende

Mendengarkan Kembali: Roekmana's Repertoire (2013)

Gambar
Pada pertengahan Juli lalu, Roekmana's Repertoire secara resmi mulai tersedia di kanal layanan musik digital. Perlu waktu lebih dari sepuluh tahun bagi album yang dirilis pada 2013 silam ini akhirnya dapat dinikmati para pendengarnya melalui gawai masing-masing. Zaman terus berubah, begitu pula cara kita untuk mendengarkan musik. Tigapagi boleh dibilang sedikit terlambat untuk menghadirkan kembali album yang awalnya lahir dalam format fisik ini ke dalam bentuk digital. Idealisme mungkin menjadi salah satu alasan mereka, hal yang pernah dilakukan musisi-musisi lainnya untuk menjaga karyanya agar tetap eksklusif. Di mana format rilisan fisik entah itu kaset, CD ataupun vinyl masih diutamakan untuk menyebarluaskan karya. Atau mungkin saja beberapa urusan memang perlu waktu untuk dibereskan, karena konon royalti yang didapat dari kanal musik digital bisa dibilang tak seberapa. Tahun lalu sebetulnya digipack CD Roekmana's Repertoire edisi khusus dirilis ulang dalam jumlah terb

Tiga Puluh Tiga, Seperti Hari-hari yang Lain

Gambar
Tepat hari ini saya resmi berusia tiga puluh tiga. Seperti hari-hari yang lain, tampaknya saya akan menghabiskan hari ini dengan biasa saja, tidak ada sesuatu yang istimewa. Tidak ada perayaan atau semacamnya, seperti tahun-tahun yang lalu. Beberapa waktu yang lalu saya sempat akan merencanakan sesuatu pada hari ini. Mengambil jatah cuti kerja barang satu atau dua hari, sekadar bersantai di rumah atau berpergian ke suatu tempat yang dekat-dekat saja, lalu berkeliling sebentar atau mencari makanan khas yang ingin saya cicipi. Namun rencana hanyalah rencana, beberapa pekerjaan perlu dibereskan, dan kali ini memang sedang tidak bisa ditunda-tunda. Di hari bertambahnya umur ini, sebetulnya dua tahun ke belakang saya mempunyai perayaan kecil, itu juga kalau pantas disebut perayaan. Saya mengajak serta seorang kawan lama, yang kebetulan memiliki hari lahir hanya berselisih satu hari. Kami berpergian bersama, ketika keadaan telah pulih seperti sedia kala, setelah kita semua melalui hari-hari

Pada Hari-hari yang Berbeda

Gambar
Dua ribu dua puluh empat tak terasa sudah tiba di bulan Juni, bulan keenam dalam kalender Masehi. Seketika saja separuh tahun hampir terlewati lagi. Hari demi hari, tahun demi tahun berlalu. Blog ini seakan mati suri, tak berpenghuni tanpa suatu postingan apapun. Terhitung sudah lima tahun silam sejak tulisan panjang terakhir saya terbitkan. Itupun juga tulisan lama yang mengendap di draft , yang akhirnya saya selesaikan juga bertahun setelahnya. Masih adakah yang setia membaca blog di tahun 2024? Di era sekarang ini, di mana segala sesuatunya bergerak dengan cepat, dan segala macam rupa informasi datang silih berganti tanpa ampun, rasa-rasanya blog adalah sesuatu yang usang dan sudah ditinggalkan. Hadirnya media sosial yang terus berkembang tentu menjadi salah satu sebab. Berbagai informasi berbasis foto, gambar, ataupun video berdurasi singkat lebih disukai banyak orang karena bisa selesai dalam sekali menggulung layar gawai. Berbeda sekali dengan blog yang harus duduk tenang-tenang

Lasem di Penghujung Tahun

Gambar
Kami bersyukur, Lasem sedang diberkahi langit yang cerah pagi itu. Sebuah pagi di penghujung Desember yang selalu berkawan dengan langit kelabu, genangan di sisi jalan, atau ujung celanamu yang basah. Beberapa saat sebelumnya, saya dan Ary tiba di Lasem, setelah menempuh lebih dari tiga jam perjalanan darat dari Semarang. Bergerak ke arah timur, menyusuri jalur pantura Kudus, Pati hingga Rembang yang cukup lengang. Meski begitu, truk-truk besar yang berjalan merayap, serta bus-bus yang melaju kesetanan masih saja menjadi kawan perjalanan yang paling setia. Semua bermula pada sebuah pagi di taman yang sejuk. Aryanto , seorang kawan yang saya kenal melalui tulisan-tulisan di blognya, sedang transit sebentar di Semarang sebelum melanjutkan perjalanannya. Kami menyempatkan untuk bertemu meski sebentar. Berbincang tentang banyak hal, berbagi pengalaman dan cerita, sambil berjalan kaki berkeliling di sekitar kawasan Kota Lama . Lasem yang sedang diberkahi langit cerah. Dari perbin