Ketika Januari Bersenandung Bagian Pertama: Adhitia Sofyan
Hampir pukul 7 malam saya tiba di sebuah kedai kopi di sudut Jalan Rinjani, dengan suasana lampu-lampu kuning yang memberi kesan hangat. Beberapa orang sudah berkerumun, satu dua meja terisi, dikelilingi sekelompok teman dekat atau mungkin juga keluarga terkasih. Sambil berbincang, menghadap layar laptop yang menyala, ditemani gelas-gelas plastik es kopi susu yang meninggalkan jejak basah di meja. Tetapi saya datang ke sini tak benar-benar hendak minum kopi.
Beruntung langit sedang berbaik hati malam itu, mengingat dua hingga tiga hari ke belakang, hujan seakan tak ada hentinya sedari sore hingga tengah malam. Sebelum tiba, saya sudah menyiapkan mental, setidaknya sejak beberapa minggu terakhir. Sebagai seorang introvert akut, saya perlu berpikir seribu kali untuk menghadapi keramaian. Tetapi saya sudah kadung janji dengan seorang kawan, bahwa saya bertekad menjalani tahun yang baru ini dengan melakukan hal-hal yang menyenangkan, meski kabar berita seolah tiada habisnya datang membuatmu kecewa. Salah satu caranya, mungkin adalah menyaksikan pertunjukan musik.
Pertunjukan dimulai tepat waktu, tanpa banyak basa basi, setelah menyapa penonton dengan sedikit jenaka, Adhitia Sofyan dengan rambut klimisnya, mulai melantunkan lagu pertama. //Memilihmu perlu persiapan dan mental/Bagai memilih masuk ke sekolah unggulan// Saya tersenyum, mengingat bahwa lagu inilah saya yang membawa berkenalan dengan musik Adhitia Sofyan ketika dulu sekali saya begitu tergila-gila mendengarkan radio. Memilihmu sendiri masuk dalam daftar kompilasi yang dikeluarkan oleh sebuah jaringan radio ternama pada medio 2008 silam.
In To You menyusul, lalu dilanjutkan dengan Number One sebelum akhirnya Mas Adhit benar-benar mengucapkan selamat datang di pesta kebun pribadinya yang disulap dari area terbuka sebuah kedai kopi. Dalam rangkaian tur solonya awal tahun 2025 yang digelar di 10 kota ini, Semarang sebagai titik ketiga agaknya sengaja dibuat berbeda. Di Bogor dan Bandung, pertunjukan mengambil tempat di dalam ruangan dengan suasana yang dekat dan hangat, karena ia sendiri ingin mengajak mereka yang datang seperti layaknya bertamu ke rumahnya.
Rangkaian tur ini digelar sebagai bentuk rasa syukur atas apa yang sudah diraih dan dilaluinya selama bermusik. Selain bernyanyi, ia juga akan lebih banyak bercerita tentang lagu-lagunya. Hal yang tak bisa dilakukannya ketika berada di panggung atau festival besar. Maka tempat-tempat yang tidak begitu besar macam kedai kopi atau kafe, sengaja dipilih untuk menciptakan suasana dekat dan akrab yang memberikan pengalaman personal bagi yang mendengarkannya.
Gemericik air mancur di sudut taman terdengar ketika Forget Jakarta dinyanyikan. Beberapa penonton juga ikut bersenandung kecil-kecilan, sambil menggoyangkan kepala dengan riang. Beberapa pendengar mengenal Adhitia Sofyan sebagai musisi spesialis yang menulis lagu tentang kota-kota dan kenangan di dalamnya. Selain Jakarta, malam itu ia juga melantunkan Sesuatu di Jogja dan Adelaide Sky menjelang penghujung acara. Dua lagu tadi sudah seperti menu wajib di konsernya. Sayang, Bandung dan Tokyo luput disebut malam itu.
Langit malam yang sesekali terlihat kilatan petir di kejauhan tak menghalangi Blue Sky Collapse untuk dibawakan. //Still everyday i think about you/ I know for a fact that's not your problem//If you change your mind you'll find me hanging on to the place/Where the big blue sky collapse//. Mungkin memang betul, sebentar lagi langit benar-benar ikut runtuh.
8 Tahun menyusul, dilanjutkan dengan 9 Tahun. Dua lagu tersebut sengaja ditulis sebagai catatan pengingat perjalanan karir bermusiknya. Adhitia Sofyan dikenal sebagai bedroom musician, karena memang semuanya ia kerjakan dari kamar tidur pribadinya. Mulai dari menulis lagu, merekam kemudian mempublikasikannya dari kamar tidur. Ia hanya mengandalkan vokal dan gitar akustik yang diakuinya terdengar lebih spontan, jujur dan apa adanya.
Ia percaya diri melanjutkan karir sebagai musisi setelah mendapat respon positif melalui 2 lagunya yang dimuat dalam kompilasi sebuah jaringan radio ternama. Padahal, ia sempat mengubur cita-citanya itu karena pernah gagal menjadi mahasiswa di sebuah sekolah musik. Quite Down, menjadi album pertamanya yang berhasil dibuat dari bedroom recordings.
Meski dikenal lewat lagu-lagunya yang banyak berbahasa Inggris, dan beberapa lainnya menggunakan bahasa Indonesia, ia sebetulnya cukup fasih berbahasa Jawa karena sempat tumbuh dan besar di Solo. Malam itu dengan sedikit jenaka, ia sesekali melempar celetukan-celetukan bahasa Jawa dengan aksen medhoknya yang mungkin dibuat-buat, lalu disambut dengan gelak tawa penonton. Kemudian Dan Ternyata dilantunkan. Beberapa penonton ikut menyanyi dengan riang. Padahal liriknya, ..sungguh pedih. //Dan ternyata kowe ijek nomer siji/Padahal aku wegah ngitung nganti loro//Sing penting ojo jali/Nek kowe bali kabari//
Angin sedikit berhembus, menerbangkan daun-daun kecil yang berguguran seperti layaknya confetti di konser-konser besar. Gerimis mulai turun ketika Pesan di Balik Awan dinyanyikan, seperti sedang betul-betul menyampaikan pesan di balik awan. Lalu jas hujan mulai dibagikan panitia. Dunia Paralel, Seniman, dan Gaze berturut-turut dinyanyikan seiring hujan yang agaknya sudah tak bisa ditahan lagi. Penonton masih terus ikut bernyanyi riang, sehingga membuat suasana tetap hangat.
Selepas tur solonya ini selesai, album baru akan segera meluncur. Mas Adhit berkata bahwa album yang sepenuhnya berbahasa Indonesia ini, akan menjadi penutup dari lagu-lagu tentang kisah cinta yang sebetulnya masih memiliki satu benang merah. Setelahnya ia akan lebih banyak bercerita tentang kehidupan. Lagu berjudul Sumbang, dari album mendatang itu turut ia nyanyikan.
After The Rain dibawakan sebagai penutup pertunjukan malam itu. //If only I could find my way to the ocean/I'm already there with you//If somewhere down the line we will never get to meet/I always for you after the rain// Lagu selesai, tetapi hujan tampaknya belum akan berakhir. Penonton membubarkan diri, padahal saya masih ingin mendengar Midnight dan September dinyanyikan secara langsung malam itu.
Komentar
Posting Komentar