Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Jogja, 0 KM dan Elegi Patah Hati

Gambar
Tetiba aku mengingatmu.. Ketika senja yang dibalut jingga perlahan turun di atas langit Jogja. Diantara riuhnya orang-orang yang berlalu-lalang, atau sekedar duduk-duduk menikmati suasana sore yang hampir habis di sekitaran Titik Nol Kilometer Jogja. "Karena yang bisa kucintai darimu kini dan nanti adalah kenangan ..." Ujarmu lirih. Lebih tepatnya pasrah. Kita terlalu bodoh mungkin, terlalu banyak menghabiskan waktu tanpa ada kata yang mengungkap rasa diantara kita. Perkara semua ini akan bermuara kemana, diakhiri kata bersama atau tidak, itu soal nanti. Serahkan saja pada takdir.   Dan kini, aku hanya bisa memaki takdir yang nyatanya tak pernah berpihak pada kita. Ibarat sebuah buku, kita hanya sepotong kisah yang pernah terselip diantara lembaran kisah hidupmu. Hanya beberapa halaman, bukan satu bab penuh. Apalagi menjadi ending. Tentu bukan. Teringat sebuah janji yang pernah terucap, suatu saat nanti bisa menikmati Kota Jogja bersama. S

Selepas Senja di Bulan November

Gambar
Terang baru saja berganti gelap, siang telah direnggut oleh kejamnya malam. Menyisakan berjuta tanya di benak : mengapa senja kali ini tanpa jingga? Apakah kini senja dan jingga sudah tak berteman lagi? Ah tak mengapa. Bukan kah senja tak melulu tentang jingga?   Senja kali ini nampaknya lebih memilih berkawan dengan awan mendung. Atau sebenarnya Ia sengaja ingin berbasah-basahan dengan hujan  Di selingi tarian dedaunan yang di tiup angin. Menertawakan dua manusia yang terdiam di sudut senja sana. Terang dan gelap. Siang dan malam Berputar silih berganti, melengkapi satu sama lain begitu seterusnya. Tapi lain halnya dengan kita, yang hanya bisa terdiam  Kita, ternyata tak pernah kemana-mana sebetulnya  Perihal kebersamaan kita, yang terlalu banyak penundaan. Sambil terus berharap waktu akan terus berpihak. Seiring berlalu, mestinya sesuatu bisa berubah. Tapi ternyata tidak, entah kenapa hati ini masih menyimpan gelisah yang sama. Kegelisahan yang ki

Mari Bercerita

Gambar
Seperti yang biasa kau lakukan Ditengah perbincangan kita, Tiba-tiba kau terdiam Sementara ku sibuk menerka apa yang ada di fikiranmu. Sesungguhnya berbicara dengan mu Tentang segala hal yang bukan tentang kita, Mungkin tentang ikan paus dilaut Atau mungkin tentang bunga padi disawah. Sungguh bicara denganmu tentang segala hal yang bukan tentang kita, Selalu bisa membuat semua lebih bersahaja…   Malam jangan berlalu… Jangan datang dulu terang. Telah lama ku tunggu… Kuingin berdua dengan mu. Biar pagi datang Setelah aku memanggil.. terang… Aihh.. pencuri kau, terang.. Malam jangan berlalu… Ingin berdua dengan mu.. Telah lama ku tunggu... Aihh.. pencuri kau, terang..

Aku (Berharap)

dan .... nanti kita terpisah ruang serta jarak hati kita tak terpisah semoga ... sungguh, aku sangat berpengharapan besar sangat besar genggam jemarimu (lagi) sungguh ... ingin lebih lama sangat lama ! hilanglah jarak, membentang semoga ... tatap mata itu pandangi wajah itu kembali dalam hangat genggamu sungguh .... aku ingin lebih lama lagi (bersamamu) di hening malam   aku (selalu) berharap kita sedang memandang langit sama dimana disana, berpendar cahaya dari do'a-do'a kita beriring hembus angin antar rindu menujumu dan ... saat nanti kita bertemu hangat kita tetap terjaga sungguh ... terjaga beriring kehendak Nya

Sembunyi(kan)

Gambar
kau tak pernah tahu rasa itu ada ada untukmu ... kau tak pernah tahu sakitnya .... hatiku seakan telanjang bicara ...   sungguh, lepaslah kau tak pernah mengerti kau tak pernah sadari, pun peduli rindu ini membelenggu, jiwa buat mimpiku tak pernah usai mimpi untuk bersamamu sungguh ... cintamu adalah penjara jiwaku tanpa kau mengerti aku terpenjara harap, cintamu ... aku bebas lepas tapi jiwaku tetap dalam belenggu cinta, cintamu yang tak pernah kumiliki ......

Sementara

Gambar
seberapa lama aku bertahan seberapa kuat aku meyakini kalau itu bukan kehendak Mu sia-sia saja percuma ...   cintaku tak beradu, satu rindu pun tak temui pusara seberapa pun rindu itu mengadu tetap saja hatimu beku perasaan ... apakah serumit ini ? perasaan ... tak mengertikah akan rasa itu ? sungguh ... seberapa pun aku berharap tetap saja hatinya tak berpaut terhadapku rasa ... yakinlah ini hanya sementara saja

(Masih) Tentang Pulang

Gambar
Ada sebuah kisah dibalik lembar waktu yang berganti Ada sebuah cerita di sepanjang jalan yang tlah dilalui Terlelap, Ketika menembus malam dingin nan gelap Peluhku menetes disela tepi, kala menantang terik matahari   Demi sebuah pencarian, Tanpa batas Dan tak berujung Ini bukan soal mencari dan menemukan Menantikan rasa itu, yang tak mungkin lagi bicara Membisu bersama angin yang berhembus pelan Sementara, sekitarku tak lagi peduli Lalu Saat langkahku tak lagi nyata Bawa aku pulang.. Segera Bersamamu

Kita

Gambar
janji itu datang, kemudian pergi tanpa terpenuhi ingat janji, berdua ... bahwa akulah bintang yang berpijar dihatimu sambil berbisik "kaulah cinta sejatiku"   dalam setiap mimpi kau slalu bercerita tentang kita tentang mimpimu, yang juga tentang mimpiku hidup berdua dimasa tua berdua ... selalu begitu kini janji itu menguap, entah kemana entah mengapa kini tak lagi ada cerita tentang bintang tak ada lagi bisik mesra itu disini ... aku mengenangmu kenangan yang selalu membuat aku ragu ragu untuk lupakan kenangan kita kita memang tak bersatu tapi, setidaknya ... kita pernah bahagia bersama

Pulang

Gambar
bisa jadi tempat ini, yang selama ini kita damba teduh nyaman segar diantara selimut terik matahari sebentar saja kita singgah disini serasa tak ingin lari tak ingin pergi, meski belenggunya semakin kuat bisa jadi otak kita yang terlalu bising akan kata cinta yang itu-itu saja melulu begitu   andai hati kita seluas biru mampu menampung segala mampu dengan segala penerimaan apa daya ? (mungkin) mata kita yang terbutakan indah dari fana hasrat untuk pulang kembali dan terus kembali memeluk hampar biru luasnya kasih biru tak bertepi meski sedikit bimbang berdoa... kabulkan Tuhan aku rasa, kau pun mengerti kenapa aku selalu ingin kembali (bersamamu)

Agustus, Sepenggal Kenangan

Gambar
Kita hanyalah dua orang manusia yang dipertemukan oleh sang waktu Berdua, Mencoba hindari celah hati Seiring langkah yang kita arungi Berdua, Terdiam dalam ragu yang membisu Tersamar dalam hening tanpa makna   Berusaha merangkai sepenggal kisah, walau tak berarah Lalu mata kita bertemu tatap Atau saat jemari kita bertautan, namun bukan karena nafsu Ada sesuatu yang berdesir disana Namun tanah terlalu kering untuk ditapaki Saat sebutir debu mencoba melawan laju angin yang menderas Percuma, Dan hanya bisa memaki takdir yang tak pernah berpihak Tak perlu menyalahkan hujan, Yang tak kunjung datang Mungkin Ia hanya sedikit terlambat Atau mungkin, Memang perasaan hati kita saja yang menderas tak berarah, Dan tak berujung Tak perlu ditangisi, sayang Semua akan ada masanya masing-masing Saat daun yang mengering gugur menanggalkan sang dahan Memilih terbang bersama angin yang bisa membawanya kemana pun Ia suka Agustus, 2013

Kau, Aku dan Setitik Rasa

Gambar
Kita, berdua diantara diam Sibuk dengan pikiran masing-masing yang entah melayang kemana Menerbangkan angan yang seakan tak pernah aku mengerti Kita, berdua diantara dua cangkir kopi Yang sama sekali tidak panas lagi Waktu terus berjalan tanpa peduli, meninggalkan aku dan sejuta pertanyaan Dan kita, masih dalam diam Waktu seakan tak mau mengerti, bahwa aku harus segera meninggalkan kota ini lagi   Perlahan aku mengangkat cangkirku, berniat untuk menghabiskan sisa kopi sebelum menjadi benar-benar dingin Menyesapnya cepat-cepat sembari berharap keheningan ini segera berakhir pula. Aku hanya perlu tahu apa yang ada dalam benakmu Kau ingin aku tetap tinggal? Kisah kita terselip di antara kaki-kaki yang terus melangkah Berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya Melewatkan ribuan hari, entah apa yang dicari Jati diri? Atau hanya kesenangan semata? Lalu pertemuan denganmu di sebuah persimpangan jalan, yang ku anggap hal yang biasa dari sekian banyak or

Kosong

Gambar
"Kamu kenapa, diam saja dari tadi?" Aku menggeleng pelan, mencoba memberi respon seadanya. Itu adalah awal pertemuan pertama kita. Hampir tak ada percakapan berarti yang bergulir. Hanya sekedar basa-basi tak berbobot. Sesekali aku hanya mengangguk atau menggeleng pelan untuk merespon pembicaranmu. Aku meraih botol air mineral yang tinggal setengah, lalu menenggaknya sampi habis tak tersisa. Cukup pertemuan kita ini saja yang 'garing', jangan sampai tenggorokanku ikut-ikutan kering, karena Jogja siang itu memang cukup terik.   Entah kenapa penyesalan sering kali datang terlambat. Di saat kita baru menyadari sesuatu itu tak bisa kembali lagi. Dan kita terbunuh oleh kejamnya waktu, yang tak pernah sekalipun mengijinkan kita untuk bisa kembali ke masa yang telah lalu. Mencoba mengulangi apa yang telah terjadi, mengharapkan datang lagi semua yamg pernah terlalui. Aku hanya merasa beruntung sempat mengenalmu. Mendengar ceritamu, yang sebelumnya hany

Sebuah Kisah (Tak Sempurna)

Gambar
Dulu perkenalan kita adalah hal yang biasa, layaknya pertemanan biasa. Tak ada yang istimewa. Awalnya. Aku menyebutnya takdir ketika kamu bilang itu hanya kebetulan semata. Kita, yang sama-sama sedang mencoba berdamai dengan masa lalu. ''kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi di depan sana'' ujarmu pelan. Bisa saja kita berharap sesuatu hal akan  terjadi, maka terjadilah.  Namun terkadang yang terjadi justru sesuatu hal lain yang tidak kita harapkan, tak terduga sama sekali. Bisa saja lebih baik atau bahkan mungkin lebih buruk dari yang kita harapkan sebelumnya. Seperti sekarang, siapa sangka kita yang tak pernah bertemu sebelumnya dalam beberapa jam sudah bicara banyak. ''apa kamu baik-baik saja?'' Aku menghela napas perlahan. Bertanya, berusaha memutus suasana canggung lima menit terakhir. Kali ini ceritamu terhenti. Dengan sudut matamu yang mulai menggenang. Kamu terisak pelan. Cukup. Aku tak akan memaksamu melanjutkan cerita

Januari

Gambar
Kini aku hanya bisa sedikit berharap, semoga kali ini kamu tak lupa. Seharusnya kita bertemu sore ini. " tunggu di tempat biasa" ujarmu. Semoga kamu lekas datang, awan mendung sudah menggantung dilangit dan siap menumpahkan hujan ke bumi. Aku hanya hujan menjadi 'penghias' sore kali ini.   Aku mendengus kesal, kamu masih saja sama,selalu terlambat saat situasi seperti ini. Menjadi kebiasaan burukmu. Hanya saja aku tak terlalu suka berada ditengah keramaian seperti ini. Aku rasa kamu pun tahu itu.   Seseorang nampak berlari ke arahku, meneriakkan namaku keras-keras, hingga aku pun tak punya pilihan lain selain menoleh. Karena sangat ku hafal pemilik suara itu. "hai.." sapamu, lalu tersenyum. Aku hanya bisa terdiam. Sejenak melupakan kekesalanku tadi, untuk sekedar menatapmu ketika tersenyum. Senyuman di wajahmu itu. Dan aku, masih sama. Jantungku masih saja berdegup kencang ketika melihatmu tersenyum, debaran yang sama selama hampir

Agustus

Gambar
  Hujan belum sepenuhnya mereda begitu banyak rintik yang menyiksa basah meraja disana.. Angin seolah tak mau kalah dengan khas nya, membelai ranting dedaunan seakan pasrah menerima angin yang menerpanya daun pun bergerak seirama angin   Sungguh.. tak sedetik pun aku lewatkan tak peduli berapa lama aku terbuai dengan apa yang sedang kusaksikan Seakan ingin ikut merasakan buaian angin membuat beberapa daun berjatuhan diam.. tanpa sebuah penolakan