Kau, Aku dan Setitik Rasa





Kita, berdua diantara diam
Sibuk dengan pikiran masing-masing yang entah melayang kemana
Menerbangkan angan yang seakan tak pernah aku mengerti

Kita, berdua diantara dua cangkir kopi
Yang sama sekali tidak panas lagi
Waktu terus berjalan tanpa peduli, meninggalkan aku dan sejuta pertanyaan

Dan kita, masih dalam diam

Waktu seakan tak mau mengerti, bahwa aku harus segera meninggalkan kota ini lagi
 

Perlahan aku mengangkat cangkirku, berniat untuk menghabiskan sisa kopi sebelum menjadi benar-benar dingin
Menyesapnya cepat-cepat sembari berharap keheningan ini segera berakhir pula.

Aku hanya perlu tahu apa yang ada dalam benakmu

Kau ingin aku tetap tinggal?

Kisah kita terselip di antara kaki-kaki yang terus melangkah
Berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya
Melewatkan ribuan hari, entah apa yang dicari

Jati diri? Atau hanya kesenangan semata?

Lalu pertemuan denganmu di sebuah persimpangan jalan, yang ku anggap hal yang biasa dari sekian banyak orang yang kutemui di jalan

Merangkai kisah sebentar sambil menunggui senja turun
Berbagi sejenak tentang cerita masa muda
Ditemani dua cangkir kopi
Di iringi gelak tawamu yang memecah di udara
Saat malam benar-benar turun

Dan kini tiba saatnya, aku harus melanjutkan langkahku

Maafkan hatiku,
Yang sama halnya dengan kaki, ternyata hatiku pun sama
Hanya mampu singgah sebentar, belum untuk menetap pada satu tujuan
Pada satu hati


Tapi aku yakin akan satu hal : waktu akan selalu bisa membawaku kembali untuk menemuimu, ciptakan setitik rasa


Kau ingin aku tetap tinggal?


Komentar

Baca Juga

Menyusuri Jejak Oei Tiong Ham, Raja Gula dari Semarang

Bersekutu dengan KM Kelimutu

Jelajah Kampung Kauman Semarang