Jelajah Kampung Kauman Semarang
Akhir-akhir ini saya kembali menikmati menjadi seorang pejalan kaki. Menyenangkan sekali bisa menyusuri kota, melangkahkan kaki di atas trotoarnya, hingga masuk ke gang-gang sempit. Melihat lebih dekat apa yang selama ini terlewat. Seringkali kita melewatkan suatu hal atau tempat ketika berkendara, namun akan berbeda cerita jika sedang berjalan kaki.
Beruntung saya menemukan Bersukaria yang cukup sering mengadakan walking tour di kota Semarang. Tak hanya berjalan kaki, namun kita akan diajak menelusuri tempat-tempat bersejarah dan juga cerita menarik lainnya. Saya sendiri sudah beberapa kali mengikuti tur jalan kaki yang diadakan setiap akhir pekan ini. Terkadang pada saat sore ketika matahari sudah tidak terlalu terik, namun tak jarang pula diadakan pada pagi hari.
Terbengkalai. |
Baca Juga: Semarang dari Kampung ke Kampung
Sebagai titik kumpul, hotel Dibya Puri menjadi topik bahasan pertama. Mas Dimas Mas Fauzan saling bergantian memberi penjelasan tentang bangunan yang dulunya bernama Hotel Du Pavilion ini.
“Awalnya hotel ini di bangun pada tahun 1847. Sempat mengalami renovasi besar-besaran untuk menyambut perhelatan Koloniale Tentoonstelling yang digelar pada tahun 1914,” Tutur Mas Dimas.
Hotel yang terbilang mewah pada masanya ini terletak pada posisi yang sangat strategis. Berada di tepi Jalan Raya pos (sekarang Jl Pemuda) tak jauh dari Kota Lama yang merupakan pusat bisnis dan perkantoran. Juga dekat dengan kantor pos sebagai sarana komunikasi utama yang cukup penting.
Mari bersukaria! |
Beranjak meninggalkan hotel Dibya Puri yang sedang menanti ajal, kami menuju Masjid Kauman yang berada tak jauh darinya. Berdiri kokoh di antara hiruk-pikuk pasar Yaik, lapak pedagang kaki lima, hingga pangkalan angkot. Dikenal juga dengan sebutan Masjid Agung Semarang. Namun tak sedikit yang salah mengira bahwa Masjid Agung Semarang adalah Masjid Agung jawa Tengah yang baru selesai dibangun pada 2006 silam.
Gapura Masjid. |
Masjid Besar Kauman. |
Namun sayangnya alun-alun kota Semarang yang tadinya berada di depan masjid, telah lenyap sejak lama. Salah satunya dikarenakan beralih fungsi menjadi kawasan komersil. Di antaranya Pasar Yaik, Hotel Metro dan gedung BPD, yang kemudian dikenal sebagai Kawasan perdagangan Johar.
Baca Juga: Menyusuri Jejak Oei Tiong Ham
Masjid Kauman ternyata juga menyimpan sejarah yang menarik. Tepatnya ketika kemerdekaan Republik Indonesia diproklamirkan pada 17 Agustus 1945, yang bertepatan dengan hari Jumat. Sesaat sebelum sholat Jumat dilaksanakan, kemerdekaan Indonesia diumumkan secara terbuka melalui mimbar masjid. Konon, masjid Kauman menjadi satu-satunya masjid di Indonesia yang melakukan hal tersebut.
Adalah seorang dokter muda yang juga jamaah aktif di masjid tersebut. Dengan keberaniannya mengumumkan terjadinya proklamasi kemerdekaan. Namun sayangnya setelah peristiwa tersebut beliau menjadi buronan tentara Jepang. Dan harus melarikan diri hingga Jakarta sebelum akhirnya tewas.
Salah satu prasasti, berbahasa Melayu. Pada masa itu bahasa Indonesia belum diresmikan. |
Peristiwa yang terjadi pada 1885 tersebut tercatat pada salah satu prasasti yang terdapat pada gapura masjid. Uniknya, ada empat prasasti yang ditulis dalam empat bahasa berbeda, yaitu bahasa Jawa, Melayu, Arab dan Belanda.
*****
Kampung Kauman dapat ditemui di hampir seluruh kota-kota besar di pulau Jawa. Tak terkecuali di Semarang, yang memiliki sejarah panjang dalam penyebaran agama Islam. Kampung Kauman sendiri biasanya berada di sekitar masjid besar. Menariknya, secara administratif Masjid Kauman Semarang tidak berada lagi dalam wilayah Kelurahan (Kampung) Kauman, melainkan Kelurahan Bangunharjo, Semarang Tengah.
Rumah tradisional. |
Kayu masih menjadi bahan utama. |
Bersandar. |
Nama Kauman sendiri ada yang mengatakan berasal dari nggone wong kaum (tempatnya para kaum). Namun tak sedikit pula yang berpendapat bahwa Kauman diambil dari kata qo’um maddin yang berarti pemuka agama Islam. Jadi bisa disimpulkan Kauman merupakan tempat tinggal para pemuka agama yang melakukan aktivitas keagamaan di Masjid Besar Kauman.
Kampung Kauman terdiri dari beberapa kampung kecil. Nama-nama kampung tersebut dapat menunjukkan keadaan setempat, atau jenis aktivitas masyarakatnya. Seperti misalnya kampung Butulan, yang berasal dari kata butul (tembus), dikarenakan di kampung tersebut terdapat jalan tembus. Kampung Kepatehan dikenal karena beberapa warganya yang memproduksi teh. Atau kampung Krendo yang diambil dari kata krendo (keranda), menunjukkan bahwa dulunya kampung tersebut adalah tempat untuk meyimpan keranda jenazah.
Tertutup. |
Butulan, berarti jalan tembus. |
Gang sempit. |
*****
Cuaca yang cukup terik tak sedikit pun menyurutkan semangat kami untuk terus berjalan kaki. Pemberhentian selanjutnya adalah bekas bangunan pasar Johar yang kini mengenaskan. Sejak dilanda musibah kebakaran dua tahun yang lalu, belum ada tanda-tanda bangunan pasar ini akan direnovasi kembali.
Baca Juga: Mencari Ketenangan di Tepian Laut Utara
Sebenarnya tidak disarankan untuk memasuki bangunan ini secara bebas. Bukan apa-apa, hanya mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Mengingat di beberapa bagian sudah terlihat keretakan yang cukup lebar, ditakutkan bisa roboh sewaktu-waktu. Pengalaman yang tidak menyenangkan kami dapatkan disini. Seseorang yang mengaku menjaga kawasan ini meminta sejumlah uang sebagai ‘retribusi’, dengan pandangan yang kurang bersahabat.
Tiang-tiang telanjang. |
Ruang kosong, tak ada lagi pertemuan penjual dan pembeli. |
Sejarah pasar Johar berawal ketika banyak orang yang berdagang di depan penjara, di sebelah timur alun-alun Semarang. Para pedagang tersebut melayani para keluarga tahanan yang akan membesuk. Untuk mencegah kawasan tersebut berubah menjadi kumuh, ditanamilah dengan bibit pohon Johar pemberian Ki Ageng Pandanaran.
Lalu pada 1930an, pemerintah kotapraja Semarang berencana membangun pasar sentral yang lebih besar. Dengan menggabungkan beberapa pasar yang sudah ada seperti pasar Johar, Pedamaran, Beteng dan Jurnatan. Herman Thomas Karsten, seorang arsitek humanis berdarah Belanda ditugaskan untuk merancang bangunan pasar tersebut.
Djohar nasibmu kini. |
Hasilnya adalah sebuah bangunan pasar dengan arsitektur yang luar biasa. Bahkan konon disebut-sebut sebagai pasar terbesar dan terindah di Asia Tenggara pada masa itu. Pilar-pilar berbentuk cendawannya juga menjadi ciri khas tersendiri.
*****
Tanpa terasa kami sudah tiba di penghujung walking tour pagi itu. Kami diajak menyusuri hiruk pikuk pasar ikan Jurnatan menjelang siang. Kami diperlihatkan tulisan: Faberik Hygeia pada sebuah dinding yang kusam, di atas terpal lapak-lapak pedagang.
Hanya tulisan tersebut yang tersisa dari sebuah pabrik air minum kemasan pertama di Hindia belanda dengan merk Hygeia itu. Pabrik yang didirikan oleh Hendrik Freerk Tillema ini juga memproduksi minuman bersoda. Produk Hygeia cukup fenomenal pada masa itu.
Hygeia. |
Berjalan kaki bisa menjadi aktivitas menyenangkan dan tentu saja murah meriah. Tak hanya baik untuk kesehatan, tapi juga membuka mata kita terhadap sekitar dan wawasan baru. Terbukti dari tempat-tempat yang kami singgahi tadi sebenarnya cukup sering saya lewati. Namun hanya sedikit yang saya ketahui tentangnya.
Jadi mari berjalan kaki, mari bersukaria!
pasar johar, dulu sempat dapat satu buku lawas karangan ketut tantri
BalasHapusWah iya, pasar buku bekasnya emg ngangenin hehe
Hapusdimana-mana mesti ada nama Kauman dan itu pasti ada masjid besarnya
BalasHapusKhususnya di jawa ya mas charis
HapusBayangin pasar johar yang pada masanya menjadi pasar terbesar dan terindah se-asia tenggara, keren... sayang sekali sampai saat ini masih dianggurin.
BalasHapusJadi punya planning buat walking tour kayak gini juga, tapi kalo sendiri kok ya gak enak, haha.
Nah iya kalo mampir ke semarang coba aja ikut bersukaria walking tour hehe
Hapuscerita tak terceritakan waktu famtrip jateng kapan itu, aku sempet salat subuh di masjid kauman ini. niatnya mau mandi pagi sekalian, tapi sayangnya nggak boleh. awalnya mikir, masjid kauman ini akan sangat megah seperti masjid kauman di jogja, tapi letaknya persis di depan pasar, jadinya terkesan kumuh dan jalanan yang becek.
BalasHapusabis itu niatnya juga pengen jalan2 di (pasar yang sekarang menjadi ganti) pasar johar itu di depan masjid tapi karena jalan becek akhirnya cuma sepintas aja. padahal pengen banget muter muter pasar pas pagi sembari nyari sarapan.
Hehe iya mas gallant, cenderung kumuh. Pasar itu yg tadinya adalah alun-alun semarang
Hapuswah asyiknya ya, jalan2 yang menambah wawasan, keren ,
BalasHapusSambil nyari keringat hehe
HapusSaya jadi membuat simpulan. Wilayah jantung kota di Jawa Timur dan Jawa Tengah umumnya bernama Kauman. Di sana terdapat Masjid Agung, alun-alun, kantor pemerintahan, pasar, dan (kadang) penjara.
BalasHapusBetul pak, rata2 memang begitu. Pasar johar sebelum perluasan juga tadinya penjara.
Hapussya pingin lah famtrip ke pulau jawa. Mudah-mudahan kesampain di Pulau Bapak Ibu ku di lahirkan.
BalasHapusSegera diagendakan :D
HapusAku sempat dapat info dari teman kalau Titik Nol Semarang aslinya di depan tempat perbelanjaan atau apa gitu. Entahlah, tapi di sana masih ada yang dibanggakan (lihat Kota Lama). Sementara di Jepara, bangunan lama sudah hilang dan tergantikan.
BalasHapusTitik nol semarang tepatnya di depan kantor pos johar. Sedikit terlupakan. Tapi beberapa tahun ini perayaan tahun baru dipusatkan disini. Semacam upaya mengembalikan pamor titik nol kota.
HapusMenurut saya bangunan kolonial di Semarang lebih berwarna. Pusat pemerintahan dan ekonominya masih lengkap. Semoga bisa tetap terjaga dan terbuka untuk dijelajahi. Banyak pengetahuan baru dari tulisan ini soal Semarang lama. Sayang sekali sih alun-alun aslinya sudah hilang. Saya sempat jelajah ala-ala ke sana, kemudian kebingungan karena alun-alunnya nggak ada. Belum riset juga jadi salah satu sebab. Kapan-kapan saya akan main ke Semarang, ah. Ikutan berjalan kaki dan meneliti gedungnya satu-satu, hehe...
BalasHapusBanyak orang yg ngira alun-alun semarang adalah simpang lima mas gara.
HapusSedang diupayakan dikembalikan, di depan masjid kauman tersebut. Tapi juga gak mudah, karena sudah menjadi pasar, yg sudah puluhan tahun. Baik penjual maupun pembeli akan sulit merelakan pasarnya direlokasi.
Yg menarik alun2 lama itu juga pernah dipakai upacara bendera. Tapi belum merah putih, melainkan bendera belanda!
HapusSudah lama ga ikutan bersukaria..hiikss
BalasHapusTernyata ada rute baru, sudah lama kpikiran untk kliling kauman, tpi gada temannya. Next bisalah breng anak2 bersukaria :D
Aku sblmnya juga pengen ubek2 kauman mas. Eh taunya bersukaria juga bikin. Ps banget.
HapusKapan pulang dr Aceh :D
Pengetahuan baru tentang Kauman-Kauman yang cukup lama jadi pertanyaan. Karena memang karakternya hampir-hampir mirip :)
BalasHapusOiya tiang-tiang telanjangnya itu bikin gagal fokus.Auranya kerasa banget meski hanya lewat foto :o
Aku malah membayangkan, di bawah tiang-tiang itu seharusnya pemandangan pasar pada umumnya. Tawar menawar antara pedagang dan pembeli.
HapusAku belum ikut rute ini :D
BalasHapusDulu Pasar Johar ikut rute Kota Lama, sekarang masuk ke rute Kauman ya? Orang yang minta retribusi di Johar itu mengganggu banget deh. Mas Dimas juga kayaknya pernah dimintain pas bawa peserta masuk ke sana.
Serem mbak mukanya hehe drpd kenapa2 ya kita kasih aja.
HapusMas, hotel Dibya Puri itu bagus. Semestinya mendapat perhatian lebih dan menjadi peninggalan budaya seperti bangunan - bangunan di Kota Lama.
BalasHapusMengenai pasar Joar, wah saya ingat sekali pagi itu saya pas lagi di Semarang. Ngebut ke pasar pengen ikut mbantu kebakaran hehehe.
Dan tulisan Hygea sedikit terbilang unik mas. Mengingat Semarang lebih ke arah kolonialisme Belanda, dan ditemukan tulisan Yunani.
Keren mas keren..
Makasih mas gilang.
HapusBetul, dibya puri seperti dianak tirikan.
...pas ke Semarang empat bulan lalu, di sananya hujan plus lagi Imlek. nyaris sepi banget :(
BalasHapusYah imlek identik dg hujan yg ga berhenti2 :D
Hapusseru ya walking tour sperti ini, mudah2-an sisa2 "saksi" masa lalu tetap terjaga .. gedung2 .. juga rumah penduduk lama yang tersisa
BalasHapusSeru dan menyenangkan mas :D
Hapusaku kok tertarik dengan pasar johar, kembaran pasar cinde di palembang dgn tiang jamurnya itu, sayang kalo di palembang pasar cindenya udah mau dibongkar jadi pasar yg lebih modern
BalasHapusPdhl kalo diliat terhitung megah untuk sebuah bangunan pasar.
HapusDulu pernah menginap di hotel Dibya Puri itu, cukup nyaman sih - hanya saja kok terkesan spooky; alhasil nggak tidur semalaman... Hahahaha
BalasHapusJaman masih sekolah selalu ke pasar Johar untuk cari kaset barat keluaran terbaru; harganya lebih miring daripada di toko kaset resmi, plus kualitas sama. Betapa beruntungnya diriku
Btw, itu ada mbak Anggun ikut walking tour?
@burgerk3ju
Loh kenal sm mbak anggun mas?
HapusItu dibya puri tutup taun brp sih mas? Taunya masih kepake, eh kemaren baru tau hampir rubuh gitu
Aku bar seko semarang beberapa minggu lalu mas, tapi ora pas wikend e...Dadi ra isoh melu bersukaria *halah, basa-basi* XD
BalasHapusHampir di semua kota kaya e ada daerah yang namanya Kauman ya?
Dan kaya e cerita dibalik nama Kauman itu sendiri, juga kurang lebih sama.
Daerah dimana para kaum, bertempat tinggal / berkumpul
Mbok kabar2 kalo mampir ke semarang biar bisa bersua hehe.
HapusBetul kauman memang hampir ada di seluruh kota2 di jawa. Tp uniknya tradisinya beda-beda
Aku ke semarang yo gegara tes CPNS kemarin itu ding. Hehe
HapusJarang main ke daerah Pantura-pantura sana aku XD
Masih banyak tempat-tempat menarik di semarang :D
BalasHapusWah iya sedih juga klo tau sejarahnya pasar johar, ngomongin soal masjid kauman daku aja blm sempat kesana.
BalasHapusKayaknya Semarang ini banyak ya wisata berserjarahnya
Aku paling penasaran lagi sama Pelabuhannya 😂, kapanlah bisa kesana
Buanyaaak yg bisa diulik dr sejarah semarang mbak lid. Aku aja yg lahir di kota ini blm tau semua hehe
HapusKauman di Jogja juga ada masjid dan dekat alun-alun, mas. Oalah, jadi di situ toh bekas alun-alun Semarang.
BalasHapusAku berharap Pasar Johar dapat direnovasi. Kecerdasan arsitekturnya itu adalah warisan negeri.
Kauman dan alun2 seperti sudah sepaket😁
Hapusdi bandung juga ada komunitas yang sering ngadain walking tour kaya gini, namanya komunitas aleut. mau ikutan tapi ga sempet terus.
BalasHapusmemang bener ya, kalau jalan kaki memang lebih lambat. tapi kita bisa melihat lebih banyak. Di sekitar, kalau sha lewat masih banyak bangunan yang kaya gitu. Terus kadang acuh tak acuh karena cuma lewat doang. Dari kegiatan kaya gini malah lebih di gali lagi, sejarah di baliknya.
Waaah bandung banyak tuh tempat-tempat bersejarah.
Hapussekarang udah mulai tergerus nih mas, di ganti bangunan baru..
HapusIkut bersukaria dong Mas Jo, nggak jauh koq dari Salatiga. Terima kasih ya postingan yg nguri-uri sejarah wilayah Kauman. Salam
BalasHapusHalo mbak prih, silahkan kalo berkenan mampir ke semarang bisa ikutan walking tour :D
HapusBisa dibilang ini kampung tua gtu ya mas di Semarang?
BalasHapusMoga2 ada kesempatan mengunjunginya. Saya blm pernah ke Semarang hehe.
TFS
Betul mbak, dari kampung2 ini kota semarang terbentuk hehe
HapusTempat-tempanya penuh cerita sejarah iya.
BalasHapusAku suka jalan kaki, ikutan dong tur jalan kakinya, seru kayaknya. Hehe :-)
Ayo ikut aja kalo mapir ke semarang kak :D
HapusKauman itu banyak ya Jo. Di Solo juga ada. Jogja juga ada ya kayaknya?
BalasHapusBtw pasar johar itu lama banget jadinya?
Iya lama, gatau anggarannya susah turunnya atau gmn😓
HapusSeru banget jo, jalan kaki lagi. Kamu ada postingan khusus yg membahas soal @bersukaria g? Jadi kepo sama mereka. Tadi udah buka IG nya sih, cuman mau tau pengalaman kamu secara personal jalan2 bersama mereka. Kalau kamu belum pernah ngepost, bikin dong..
BalasHapusBelom sempet nih😁
HapusTapi udh pernah dimuat di beberapa media lho mereka.
aaaakkkkkuuuuuuuuuu rindu masjid gede kauman...
BalasHapusKauman ndi
Hapusarsitektur pasar johar itu sama dengan pasar cinde di palembang. bedanya kalau di sana memang gak digunakan lagi dan bangunan lama masih ada.. di sini pasar cinde sedang dihancurkan dan diganti dengan desain yang baru :( hilang deh karya lama.
BalasHapusIya koh, sangat disayangkan :(
HapusPadahal bangunan modern itu cenderung membosankan
Aku baru tahu loh mas di Semarang ada walking tour. Kapan-kapan ah nyoba. Makasih infonya mas
BalasHapusAda mas hampir setiap pekan diadakan. Buat hunting foto juga seru.
HapusMenarik sekali acaranya. Sayang saya sudah berkeluarga jadi udah nggak sebebas dulu.. Hehehe
BalasHapusAnaknya di ajak mas :D
HapusAku baru tahu ada komunitas yang ngadain walking tour gini di Semarang. Tahun lalu sempet muter2 jalan kaki juga di seputaran kota tua Semarang. Habis itu naik gojek ke tempat lumpia gang lombok hehehe :)
BalasHapusMasih sodaraan sama jakarta good guide mereka :)
HapusJadi pengin jalan kaki menelusuri kampung kauman deh
BalasHapusAyo ke semarang mbak :D
HapusDududu... Jadi kangen semarang khususnya stasiun Tawang dan Terminal Terboyonya. Dulu sering banget gunakan dua tempat transportasi ini.
BalasHapusTerboyo makin tenggelam :3
HapusKirain kauman Jogja, ternyata di Semarang juga ada. Ini bisa di list kalau nanti ke Semarang bisa maen kesini..
BalasHapusIni jalan2 sembari cari pengalaman ya, Mas, paling asik emang jalan-jalan ke tempat bersejarah, bisa belajar juga..
Di jogja malah kaumannya bersejarah banget.
Hapuskemaren ke semarang cuma lewat di mesjid agung. padahal kalo mampir sejenak buat solat di situ seru kali ya.. nyesel dah sekarang.....
BalasHapusbtw itu pasar djohar... weeee..... serem juga....
wiih..kaya huruf nih artikelnya,,
BalasHapuskakinya gak pegel mas?itu kenapa smpe ada preman, serem ah.
Nama grupnya lucu: bersukaria. Aku suka foto-foto jendelanya. Trus sedih pas lihat foto Pasar Johar yang terbengkalai. Dulu suka nyari jajan pasar di sana.
BalasHapusDiambil dari judul lagu yg diciptakan oleh bung karno tahun 60an. Untuk meyakinkan rakyatnya meski bangsa sedang dalam masa sulit, tapi harus tetap bersukaria :D
Hapuswaduh kayaknya di semarang bagus juga ya, kayak bersejarah gitu, jadi pngin ke semarang deh. btw kalau ada waktu luang mampir ke blogku juga ya om hehe :D
BalasHapusbanyak kok di semarang hehe. thanks sudah mampir
HapusBangunan sejarah yang ceritanya musti diwariskan dari generasi ke generasi. Agar tak lupa akan masa lalu....
BalasHapusBanyak seni berjalan, salah satunya dengan berjalan kaki. Saya juga sangat menikmati perjalanan dengan jalan kaki, melihat lebih dekat dengan masyarakat setempat
BalasHapusWisata sejarah sekaligus menyehatkan badan ya mas..
BalasHapusKalau di Padang, Ubay (blog kidalnarsis) tuh yg suka bgt sama tempat2 heritage hehe..
Salam
-Traveler Paruh Waktu
Iya, aku udh tahu sejak lama hehe. Makasih sudah mampir :)
HapusAku setiap ke Semarang blm pernah nyobain walking tour hiks, kayaknya seru banget mas jalan di lorong2, gang2 sempit,
BalasHapusAyo mbak Lid ke Semarang lagi, kan deket sekarang :p
HapusAku malah nembe reti hloh mas, padahal yo nek nggolek-nggolek nng Johar :D
BalasHapusWkwkwk iya, ga byk yg tahu kok
HapusMenandakan kalau di Semarang bukan hanya Lawang Sewu saja, ternyata masih ada destinasi lainnya yang menarik. Terima kasih atas informasinya apalagi soal sejarah dari tiap tempat yang mas singgahi. :)
BalasHapusbetul, semarang tak hanya lawang sewu ataupun sam poo kong hehe.
HapusSemarang penuh cerita mas ya. Aku seremm liat pasar johar, kayanya cocok buat syuting film horor disitu :| hehehe lama ku tak mampir ke ruang sore. .
BalasHapushahaha blm ada postingan baru juga sih mbak :(
HapusDari dulu aku pengen banget ikutan tur yang jalan kaki ini. Sampe sekarang belom kesampean sih.
BalasHapus*eeeh pernah sih dulu sekali waktu jaman SMA (baca : studytour) hahaha.
Pas ngetrip ke semarang, malah gak tau ada pasar ini. Padahal asyik juga loh keliatannya
BalasHapusSayang banget hotelnya segede gitu gak dimanfaatin lagi. Tapi mungkin dilema, mau direnovasi, biayanya gede dan mungkin kebutuhan atas ruangnya gak sesuai lagi. Mau dihancurin eh masuk cagar budaya.
BalasHapusNgenes juga sama pasat Djohar yang didesain oleh orang yang sama, dengan yang bangun pasar Cinde Palembang. Sekarang pasar Cinde lagi proses penghancuran dan mau dibangun pasar modern.
Polemik seputar ini masih bergulir hingga sekarang :(
Bener mas, kalau jalan kaki suka keliatan yang luput dari pandangan mata saat kita naik kendaraan.
BalasHapusAh pengen ke Semarang, tapi blm ada kesempatan ke sana, moga2 tahun depan bisa :D
Sejarahnya kental banget, wajib masukin list nih
BalasHapushampir sama tuanya sama kota gede ya..wow
BalasHapusSenang sekali mampir di sini dan terima kasih banyak informasi tentang Semarang Jawa Tengah
BalasHapussetahuku, hampir di beberapa daerah pasti ada nama "kauman" pun di Banjarnegara yang ada di kota dan di kec.wanadadi, memang kebanyakan tak jauh dari masjid sih nama kampungnya
BalasHapusSayang banget ya pasar Johar legendaris itu dibiarkan terlantar ....
BalasHapusPengen ke kota Semarang sambil nikmatin suasana dan kuliner khas Semarang..
BalasHapusGak tau kenapa saya kepengen banget kesana nih. hehhehe
BalasHapus