Hanya Sebentar di Trowulan


Setelah gagal menginjakkan kaki di Jawa Timur pada 2014 silam kemudian memilih berbelok ke Dieng, awal November 2015 lalu (duh nulisnya telat pake banget) akhirnya saya berkesempatan lagi mengunjungi Jawa Timur dengan cara yang tidak pernah saya sangka sebelumnya. Kenapa? Tidak akan saya ceritakan disini ya muehehehe :))) Bahkan perjalanan ke Jawa Timur ini nyaris tanpa rencana yang matang. Pokoke budhal..!!! :D

Tempat pertama yang langsung melintas di pikiran saya waktu itu adalah Trowulan. Ya, saya harus kesana. Saya bukan mau sok-sokan belajar tentang sejarah, tapi mengunjungi tempat-tempat kekunoan seperti candi atau peninggalan-peninggalan bersejarah lainnya selalu memberi kesan tersendiri bagi saya ketika berpergian.Sebagai upaya saya menghargai peradaban nenek moyang kita di masa lalu. Tidak akan ada masa sekarang jika tak ada masa lalu bukan? Dan masa lalu bukan hanya tentang mantan melulu kan? :p Mup on Gaessss!!!
 
Berbekal Rp.70.000 saya nekat memesan tiket kereta Maharani jurusan Semarang Poncol-Surabaya Pasarturi. Beruntung ketersediaan tiket masih ada, mengingat saya memesan tiket hanya berselang empat hari sebelum keberangkatan. Iya, saya akan singgah dulu di Surabaya sebelum nanti bertolak ke Trowulan keesokan harinya, bersama travelmate saya yang memang berdomisili di Surabaya. Dan kebetulan dia sudah pernah berkunjung ke Trowulan sebelumnya. Itung-itung sebagai guide dadakan saya sih ya hehehehe

Trowulan adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Letaknya cukup stategis dipotong oleh jalan nasional yang menghubungkan Jombang dan Kota Surabaya. Membuat akses menuju kesini mudah untuk dijangkau baik menggunakan kendaraan pribadi maupun angkutan umum. Mendengar nama Trowulan, memaksa saya memutar kembali ingatan masa lalu saya yang masih tersisa (atau malah sudah lenyap tanpa bekas :p) Tepatnya ketika belajar mata pelajaran Sejarah dibangku SMP dulu. Ah timeflies so fast ya, gak nyangka saya udah setua ini. Perasaan baru kemarin saya masih pakai seragam putih biru dan naksir adik kelas *malah curhat* wkwkwk

Trowulan sendiri tak lepas dari kemahsyuran nama Majapahit. Berbagai temuan-temuan seperti situs, candi, prasasti, maupun simbol-simbol di kawasan tersebut menandakan dulunya pernah ada peradaban yang hidup disitu berkaitan erat dengan Kerajaan Majapahit. Dengan kata lain Trowulan adalah reruntuhan dari Kerajaan Majapahit. Tak heran jika banyak arkeolog yang menjadikan kawasan ini sebagai lokasi penelitian dan juga menjadi salah satu andalan pariwisata sejarah dan budaya di Jawa Timur khususnya.

Yang unik adalah candi atau situs di wilayah Trowulan ini berbeda dengan candi pada umumnya, yang struktur bangunannya menggunakan batuan andesit. Disini mayoritas menggunakan batu bata yang tak kalah kuat daripada batuan andesit.

Setelah menempuh kurang lebih satu setengah jam perjalanan dari Surabaya, kami memasuki wilayah Trowulan sekitar pukul 10 pagi. Jalan berdebu langsung menyambut, ketika sepeda motor kami arahkan keluar dari jalan utama Mojokerto-Jombang yang ramai oleh kendaraan besar. Rupanya sedang ada perbaikan jalan, dan cuaca yang panas dan sedikit berangin waktu itu menambah parah debu yang berterbangan ketika sepeda motor yang kami tumpangi melintasi jalan tersebut.

Lokasi pertama yang kami tuju adalah Candi Brahu yang terletak di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan. Candi ini merupakan salah satu dari sekian banyak situs yang tersebar di wilayah Trowulan. Dalam perjalanan, kami juga sempat melewati sebuah situs yang jaraknya hanya selemparan kolor dari Candi Brahu. Candi Gentong, begitu nama yang tertulis di plangnya.

"Mau mampir kesini dulu?" Tawar Nita, travelmate saya.

"Hmm.. gak usah, langsung ke Brahu aja.."

Sekilas jika dilihat dari luar, Candi Gentong nampak tak menarik. Karena hanya berupa reruntuhan bangunan yang sudah dibuatkan atap untuk melindungi. Dan pagi menjelang siang itu kebetulan sedang sepi pengunjung disitu, hanya beberapa pekerja kebersihan yang terlihat. Mungkin hanya peneliti atau orang-orang yang serius ingin mempelajari tentang situs ini yang benar-benar niat berkunjung.
Candi Brahu.
Berbeda nasib dengan Candi Gentong yang masih berupa reruntuhan, Candi Brahu sepertinya sedikit lebih beruntung. Bangunan Candi nampak masih utuh. Ya mungkin karena sudah mengalami beberapa kali pemugaran sebelum seperti keadaan saat ini. Sayangnya saya tidak bisa menemukan papan informasi atau semacamnya untuk mengulik sedikit informasi tentang candi ini.

"Kok gak ada papan informasinya, ya?" Celetuk saya.

"Entahlah.." Sahut teman perjalanan saya sambil mengangkat bahu.

Ah, gampanglah nanti. Bisa dicari di internet pikir saya. Lagipula seorang mas-mas petugas ganteng yang kami tanyai tidak banyak membantu. Malahan dia menyontek dari sebuah buku semacam katalog mungkin yang berisi berbagai informasi tentang situs-situs di Trowulan untuk menjawab pertanyaan kami. Saya pun sempat sekilas mengintip, trus pengen banget deh ngembat ntuh buku :p
Selesai di Candi Brahu, kami beranjak menuju lokasi berikutnya yaitu Maha Vihara yang berada tidak jauh juga dari Candi Brahu. Dimana di dalamnya terdapat patung Budha tidur atau Sleeping Budha bahasa kerennya. Ya, sebenarnya patung tersebut yang menjadi incaran kami.
Maha Vihara tampak depan.
Begitu melangkahkan kaki masuk ke kompleks Maha Vihara, aroma khas dari dupa yang dibakar langsung meyeruak di indera penciuman alias hidung pesek saya. Gak tahu deh kalo travelmate saya ntuh, padahal hidungnya gak kalah pesek dari saya :p tapi kelihatannya dia biasa-biasa aja. Tidak mengherankan sih, karena sebenarnya kompleks Maha Vihara ini merupakan tempat peribadatan umat Budha.

Ya iyalah tempat ibadah, namanya juga Vihara.

Oh, gitu..

Vihara kan tempat ibadah umat Budha. Duh dulu ngana pelajaran IPS dapet nilai berapa sih?

Ya maap :(

Abaikan perdebatan diatas. Itu hanya imajinasi saya ketika menulis artikel ini. :p
Patung Budha lagi bobok :3
Patung tersebut memilik panjang 22 meter, lebar 6 meter serta tinggi 4,5 meter. Dan KONON (bukan merk kamera) sudah dinobatkan oleh Museum Rekor Indonesia sebagai patung Budha tidur alias Sleeping Budha terbesar di Indonesia.

Tak hanya itu, di salah satu sudut kompleks Vihara terdapat juga miniatur dari Candi Borobudur. Ini adalah pertama kalinya saya melihat Candi Borobudur dari jarak dekat, ya meskipun cuma versi miniaturnya sih hehehe. Candi Borobudur yang asli mah saya hanya lewat doang dan dari kejauhan sewaktu menyaksikan sunrise di Punthuk Setumbu.
Salah satu sudut MAha Vihara yang digunakan sebagai tempat ibadah.
Borobudur mini :3
Cuaca yang cukup terik siang itu membuat kami mampir sejenak di sebuah minimarket untuk membeli minum, sebelum melanjutkan perjalanan ke lokasi berikutnya. Ternyata Mojokerto panas juga, tidak kalah dari Semarang

Ketika memasuki komplek Museum Trowulan, kami langsung dihampiri bapak-bapak petugas parkir. Saya kira ingin menagih uang parkir, tapi ternyata..

"Maaf mas, mau masuk museum ya?"

"Iya, pak" Jawab saya singkat.

"Sebentar lagi kita mau tutup mas, mau sholat Jum'at dulu. Nanti buka lagi jam 1 siang".

*jedeeerrrr*

Kok ya saya lupa sih kalo ngepasin hari Jum'at. Mau nunggu sampai jam 1 siang pun sepertinya juga kelamaan. Belom lagi keliling museumnya yang tadinya pengen saya puas-puasin.

"Waduh gimana, nih?"

Museum Trowulan sendiri dibangun untuk menyimpan berbagai artefak dan temuan arkeologi yang ditemukan di sekitar kawasan Trowulan.  Namun konon kabarnya museum ini kini tidak hanya menyimpan peninggalan arkeologi dari masa Majapahit, tetapi juga tersimpan berbagai temuan arkeologi yang ditemukan di seluruh Jawa Timur. Mulai dari era Raja Airlangga, Kediri, Singasari hingga Majapahit.

Hal serupa pun kami temukan ketika sampai di Gapura Bajang Ratu. Tapi sudah kami perkirakan sebelumnya sih. Malah lebih parah, gerbang depan sudah tertutup rapat.

"Langsung cuss aja yuk.. Lanjut jalan, lumayan kan bisa santai di tujuan berikutnya."

Saya meninggalkan Trowulan dengan rasa kecewa saya yang mengganjal. Gimana enggak udah jauh-jauh kesini tapi nggak bisa explore semua :( Ah, tak apalah. Semoga ada lain waktu berkesempatan kesini lagi dan menjelajahi semua situs-situs di Trowulan. :)

Komentar

  1. Wah baru tau ada sleeping budha di trowulan, nice info kakag, kesukaan suami nih wisata sejarah, aku sih ga terlalu suka haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Monggo singgah di trowulan recomended buat yang suka sejarah :)

      Hapus
  2. minimal sehari semalam, numpang nginep di vihara itu Bro :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas wi, baru nyadar vihara itu tmpt nginep sampeyan di trowulan ta? :3

      Hapus
  3. Saya jg suka explore candi2, tapi baru dikasih kesempatan di Jateng & DIY. Belum pernah ke Jatim :(
    Kirain Trowulan itu nama candi, ga taunya nama daerah yg ada beberapa candinya :D

    BalasHapus
  4. Daaan aku juga gagal mulu pas mau kesana. Yok kapan bareng mas. :p

    BalasHapus
  5. Belom kesampean ke Mojokertooo, hikkz.
    semoga suatu hari nanti bisa kesaaaannaaa :)

    BalasHapus
  6. budhalkan yuks kesono lagi...

    BalasHapus
  7. Wah ada patung budha segede gitu ya, keren2 situsnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. belom semuanya loh itu.. patung budha tidur ada jg kok di bogor :)

      Hapus
  8. Waaaah. Ini mah deket ama kampung kecil gw dulu.. udah coba ke candi tikus? Segaraan di samping situ deket ada warung nasi wader. Enak joss

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahahaha belum sempet explore semua bro, kapan2 lg kesana sama ente ya :D

      Hapus
  9. pernah kemari waktu kecil dulu sekali

    BalasHapus
  10. katanya sekarang si patung buddha tidur itu sudah dipagari ya?? pertama kali ke Trowulan ini tahun 2010 lalu, masih sepi dan bebas banget di sini... hehehe

    BalasHapus
  11. Seru banget bisa ke Trowulan! Masuknya bayar berapa kah?

    http://krismaadiwibawa.wordpress.com

    BalasHapus
  12. panjang 22 meter, lumayan yaa kalau jalan mengelilingi patungnya hehehe salam kenal

    BalasHapus
    Balasan
    1. itu bawahnya kolam, ga bisa diputrin :3
      salam kenal ^^

      Hapus
  13. keren banget borobudur mini nya.

    BalasHapus
  14. Tertarik dengan sejarah kejayaan Majapahit dan pgn main kesini, tapi belom ada kesempatan :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kapan2 disempetin kak :3
      Eh btw nama kita samaan :D

      Hapus
  15. Dari trowulan ke stasiun naik apa ya

    BalasHapus
  16. Wuihh cantek juga yah candi-candinya. Di Jawa memang banyak candi, keren-keren lagi.

    BalasHapus
  17. cuma sempat ke Museum Trowulan aja waktu itu...
    pakai acara nyasar sih, sampai Trowulan udah kesorean....
    eh malah nggak sengaja ketemu candi Pari yang unik di Sidoarjo

    BalasHapus
    Balasan
    1. ah candi pari! ush sempet kesana juga :3

      Hapus

Posting Komentar

Baca Juga

Menyusuri Jejak Oei Tiong Ham, Raja Gula dari Semarang

Bersekutu dengan KM Kelimutu

Jelajah Kampung Kauman Semarang