Dolan karo Simbok Part II

Cerita sebelumnya disini


Minggu, 19 April 2015

Hoaammmm...

Saya terbangun begitu mendengar kegaduhan di ruang tengah.

"Woyyy berisik woyy...!!" Saya teriak.

Ehh engga ding, itu cuma suara hati saya. Kalo beneran udah jadi rica-rica saya sama mereka. T.T

Iya, saya tidur disitu semalam. Karena sebelumnya saya masuk kamar cowok untuk mengambil sesuatu, padahal itu belum lama setelah sesi sharing bubar dan sebagian besar masuk kamar untuk tidur. Tapi ini malah bikin acara orkestra alam mimpi berjamah (baca:ngorok)
jamaah ohh jamaah... lah


Setelah berdebat cukup panjang akhirnya berangkatlah beberapa orang ke pasar Bandungan, untuk membeli segala keperluan sarapan pagi ini. Diantaranya Mba Ika, Budhe Retno, Mas Ariy dan lainnya. Sementara saya.. pengennya sih melanjutkan tidur uwuwuw :3
 
Tahu sendiri lah udara Bandungan memang berhawa sejuk (baca:dingin)  karena terletak di lereng Gunung Ungaran. Tapi gak nyangka juga sih bakal sedingin ini.


Sekembalinya dari pasar beberapa teman antara lain Mba Ika, Mba Ryndo dan lainnya sibuk di dapur mengolah bahan yang sudah dibeli. Mas Risang juga gak mau kalah nih, ternyata dia lumayan jago masak. Dia bertugas untuk menggoreng bakwan jagung. Sementara menu lain yang sedang disiapkan oleh Mba Ika adalah Paklay (baru tahu ada makanan namanya gitu) Semacem capcay mungkin. Isinya antara lain sawi, wortel, bakso, dan irisan daging ayam. Denger-denger sih Ibu Bidan kami satu ini memang jago masak, dan juga punya usaha catering. Kamu kapan masakin buat aku? :(

Tak lama kemudian sarapan sudah siap disantap

"Mari makan..!!"  \^_^/

Sarapan berlangsung dengan khidmat lu kira lagi upacara tujuhbelasan? Sebagian besar sarapan di ruang tengah membentuk lingkaran, namun ada juga yang di ruang makan. Sementara lainnya sambil mojok di teras. Ada!

Beres sarapan saya langsung meluncur ke kamar mandi atas.
Mau ngapain?


Mandi lah, masa mau mainan sabun?
Jadi sarapan tuh belum mandi?

Hehe belom, dingin sih
Ihh jorok

Biarin dah yang lain juga kok :p

Nah disini saya mendapat jawaban atas sebuah misteri yakali... Kenapa beli kerupuk sebegitu banyak. Yap karena acara selanjutnya adalah games, salah satunya lomba makan kerupuk.
Serius amat mak :p
Games pertama adalah memindahkan karet gelang secara estafet menggunakan sedotan Aqua yang diletakkan di mulut. Karena ini games kelompok, maka kami terbagi menjadi beberapa team dimana setiap teamnya terdiri dari 6 orang. Saya satu team bersama Mas Bani, Mama Dyah, Mas Risang dan 2 orang cowo karyawan Mama Dyah (lupa namanya). Singkat kata team kami yang menang, males aja sih ngetiknya kepanjangan, bye!
Enak mas kerupuknya? Minta atu donk :p
Duhh romantis ciyee :')

Lalu disambung dengan lomba makan kerupuk, dimenangkan oleh Mas Aji. Saya jadi heran, ternyata mulutnya lebar juga tuh orang. Kerupuknya habis dalam beberapa gigitan saja.

Selanjutnya adalah games balap karung. Karung presented by Mas Risang mentang-mentang karyawan JNE jadi punya stock karung banyak. Nah kalo mau kirim paket kontak aja yang bersangkutan, siapa tahu dikasih gratis.

"Mas Risang, kalo kirim kangen gratis gak?" Saya nyeletuk.

Lalu saya yang dimasukin karung ~

Games balap karung ini sukses menghibur kami karena menimbulkan gelak tawa. Misalnya Mas Ariy malah berguling-guling, bukannya melompat -_- Heh mas ini kan lomba balap karung bukan guling karung?

Lalu giliran Budhe Retno juga ikut-ikutan guling-guling. Hadehh  Mas Alan sukses memenangkan games ini di sektor putra lah dikira Bulutangkis? Sementara dibagian putri dimenangkan oleh salah satu karyawan Mama Dyah, saya lupa namanya :D


Mas Ariy mulai lelah, mungkin karena faktor U :D

Oiya seluruh hadiah yang akan diberikan kepada pemenang games atas donasi dari Mama Dyah, antara lain sandal gunung, tas cycling, raincover dan lain-lain. Semuanya masih baru belum pernah terpakai olehnya, karena beli atas dasar pengen aja dan gak tahu buat apa. Tau nih emak-emak satu ini -_- horangkayahh ~


Hari beranjak siang ketika kami sempatkan berfoto sebagai kenang-kenangan sebelum berkemas untuk pulang kembali ke kota masing-masing. Pulang berarti kami harus berpisah, lalu mengucapkan selamat tinggal. Tapi rasanya kami belum ingin mengakhiri kebersamaan ini. Kami yang sebelumnya belum saling mengenal, lalu bergabung disebuah wadah berupa grupchat whatsapp, dari mulai kenal, sharing, sampai saling bully di socmed. Akhirnya bisa bertemu, ngobrol, bercanda, tertawa bersama sampai keplak-mengeplak di acara ini. Jogja, Solo, Semarang, Kudus, bahkan ada yang dibela-belain jauh-jauh dari Jakarta dan Bogor yang entah harus kami kasihani atau apresiasi hahaha :D

Terimakasih atas kebersamaannya.


Keluarga baru :')

Ketika yang lain sibuk berkemas, ternyata beberapa teman masih sibuk di dapur. Mereka menggoreng Risol ala Chef  Ika eh Bidan eh apa sih.. Sang Ibu Bidan kami satu ini selain rajin menabung dan tidak sombong, dia juga jago pintar masak. Bener-bener calon istri idaman calon mertua deh. Minat? Silahkan hubungi nomer di bawah ini *lah malah iklan. 
Alhasil kami yang memang lapar lagi gegara games yang bikin ngakak guling-guling tadi langsung menyerbu Risol yang sudang matang. Hajaaarr!!
Setelah kenyang kini tiba saatnya kami berpisah, saling berjabat tangan, mengucapkan salam perpisahan, berfoto bersama sekali lagi, lalu cipika-cipiki. Kok gak ada yang ngajak saya cipika-cipiki? :(
Masih keluarga baru :')


Namun beberapa teman masih ingin mampir ke Candi Gedong Songo, mumpung sampai Bandungan katanya sayang kalo gak kesana. Lagipula ada teman yang belum pernah kesana. Akhirnya terkumpul 8 orang yang akan ikut ke Candi Gedong Songo. Sementara yang lain langsung pulang ke Kota masing-masing.

Hanya membutuhkan sekitar 10 menit perjalanan dari villa, mobil yang kami tumpangi sudah memasuki area pelataran parkir Candi Gedong Songo. Namun sayangnya hujan dengan insetitas sedang menyambut kami setibanya disana. Sempat ragu apakah kami akan naik menuju candi atau tidak, tapi akhirnya kami nekat. Mumpung kesini. Ya sudah, saya juga sudah lama gak ujan-ujanan sih hehe..

Setelah membeli tiket masuk seharga Rp.7500 per orang, kami langsung menuju pintu masuk. Untungnya hujan berangsur reda dalam perjalanan kami ke Candi Satu. Sementara Mba Dani sudah akan menyerah sebelum kami tiba di Candi Satu.

"Aku tunggu disini aja ya, gak kuat nih kayaknya.." ujar Mba Dani.

Hihi memang diantara kami Mba Dani lah yang badannya agak gendut ehh emang gendut sih bukan agak lagi  ^_^V Gak kebayang kalo dia sanggup mencapai Candi Lima, bisa langsung kurus tuh :p karena memang medan yang dilalui menanjak.

"Lho itu candinya udah keliatan, katanya harus treking jauh?" Tanya Mas Bani.

Saya jelasin deh tu ke dia, ya itung-itung sekaligus jadi guide dadakan. Kenapa dinamakan Candi Gedong Songo? Karena disini ada 9 candi yang letaknya terpisah-pisah, Songo berarti Sembilan dalam bahasa Jawa. Yang itu Candi Satu, lalu Candi Dua dan seterusnya. Sayangnya hanya lima Candi yang masih utuh sampai sekarang. Kami berhenti sebentar untuk sekedar mengamati candi dari dekat dan berfoto. Lalu berlanjut menuju Candi Dua. 


Napas saya mulai ngos-ngosan ketika Mas Bani nyeletuk.

"Candi Dua masih jauh gak sih?"

Nampaknya dia juga mulai ngos-ngosan.
"..."

Tiba-tiba seorang ibu-ibu yang jualan nyaut.

"Udah deket kok mas, dari Candi Satu ke Candi Dua memang jaraknya lumayan berjauhan. Nanti ke Candi Tiga deket kok".

"Ohh gitu, makasih ya bu" 
Si Ibu cuma senyum.

Saya juga agak lupa sih karena udah lama gak kesini, terakhir itu sama.. mantan gebetan *uhuk

Mba Ayun udah ngacir duluan jalan di depan sendiri, disusul Mas Jack, Mas Risang, Mas Bani dan Mas Bayu. Saya? Jalan paling belakang :(

"Jam 2! Jam 2!" Mas Icang nyeletuk.
"Mana? Mana?" Sahut Mas Bani.

Yang kemudian saya mengerti itu adalah semacam kode bahwa ada pemandangan menarik di arah jam 2. Iya! Apalagi kalo bukan cewek bening. -_- Ish dasar cowok ganjen. Ehm cakep juga sih *toyor kepala sendiri. Lumayan lah bikin adem nih mata selain pemandangan bentang alam Candi Gedong Songo itu sendiri yang sangat indah.

Tak banyak yang bisa kami lakukan. Kecuali Mba ayun yang sibuk selfie dengan background orang pacaran (absurd abis) Atau kami berempat : Mas Bayu, Mas Aji, Mas Bani dan saya yang sudah menjadi seperti partner in crime berfoto dengan pose yang bikin geli-geli gimana gitu. Mereka menyebut kami sebagai Empat Jejaka Khilaf. Sempat berpikir kami ingin membentuk sebuah Boyband. Eh Boyband masih laku gak sih? Lalu batal karena gak ada satupun dari kami yang bisa nyanyi ataupun joget. 


Tepat jam 3 sore ketika sudah berada di sekitar Candi Tiga, kami memutuskan untuk turun dan tidak menuntaskan 9 Candi karena keterbatasan waktu. Agar teman-teman Solo tidak kemalaman sesampainya disana. Sesampainya di area parkir, mobil yang kami tumpangi langsung bertolak dari Candi Gedong Songo.
Note: Bukan untuk ditiru! 

Saya, Mas Aji dan Mba Dani turun di pertigaan Lemah Abang, untuk nantinya akan menggunakan bus menuju Semarang, sementara mobil akan melanjutkan perjalanan menuju Solo.

Karena kereta yang akan membawa Mas Aji ke Jakarta baru tiba jam 01.40 dini hari nanti, maka saya menemaninya dari sekedar menikmati senja di Tugu Muda, berburu oleh-oleh di Jalan Pandanaran, kulineran di Simpang Lima, mencicipi Tahu gimbal dan Lumpia, lalu mengantarnya ke Stasiun. Sayangnya saya tak bisa berlama-lama karena harus segera pulang, dan meninggalkan stasiun sekitar jam 10 malam.

Selamat jalan kawan. Ehm gak enak ya bacanya, kaya ngucapin belasungkawa *tabur bunga.

Hujan deras turun ketika saya dalam perjalanan menuju rumah. Angkutan yang saya tumpangi berhenti begitu lampu merah di sebuah perempatan menyala. Saya memandangi sinar temaram lampu jalan yang dibiaskan oleh air hujan. Saya sangat menyukainya. Seketika suasana hati saya berubah menjadi melankolis.

Lalu saya sadar...

... Siapa yang ngasih makan kucing saya di rumah :'(

Komentar

Baca Juga

Menyusuri Jejak Oei Tiong Ham, Raja Gula dari Semarang

Bersekutu dengan KM Kelimutu

Jelajah Kampung Kauman Semarang