Friday Story



Sore ini kita menautkan janji untuk bertemu di halte dekat kantormu, hanya sekedar menemanimu pulang. Angin bertiup cukup kencang, membuatku merapatkan lagi jaket lusuh yang aku kenakan. Mendung tebal terlihat menggantung di langit, sepertinya hujan akan segera mengguyur. Meskipun bukan musim penghujan, namun akhir-akhir ini hujan lebih sering turun.

Aku sedikit bergegas, selain karena hujan yang mungkin akan segera mengguyur, juga karena kamu yang akan menungguku dihalte dekat kantormu seperti yang kita sepakati lewat pesan singkat SMS tadi siang.
 
'' kita pulang bareng ya?aku tunggu dihalte depan.''

Kamu tak suka menunggu, aku tahu itu.

Dari seberang sini halte sudah terlihat, aku mencari sosokmu. Seketika waktu seperti terhenti. Walaupun telah bertahun tak melihatnya tapi tak akan pernah bisa terlupakan. Wajah yang dulu begitu akrab denganku, dan sepasang matanya yang sampai saat ini tetap menjadi mata yang terindah yang pernah kulihat. Lama aku berharap bisa bertemu denganmu, bahkan terkadang aku merasa bahwa keinginan untuk bertemu denganmu kembai hanya menjadi keinginan yang tak kan pernah terwujud. Dan kini aku bisa menatapmu dari seberang sini.

Berawal dari beberapa minggu yang lalu ketika aku menemukan akun media sosialmu kembali aktif. Dan membalas pesan salah satu pesan yang kukirimkan--entah kapan aku sendri pun lupa pernah mengirimkannya padamu. Dan yang lebih mengejutkan lagi mengetahui kenyataan bahwa kamu kembali ke kota ini. Kota penuh kenangan kita berdua. Aku tak tahu, alam sedang berkonspirasi atau apa, tapi aku menyebutnya takdir. Takdir untuk bisa bertemu denganmu lagi.

Setelah itu begitu banyak kata-kata yang mengalir lewat pesan singkat SMS maupun di sosial media. Saling bertukar kabar, berbagi cerita yang kita alami selama ini dan mengenang masa lalu. Tapi entah mengapa waktu seakan tak mengizinkan kita untuk bertemu, meskipun berada dikota yang sama. Dan kamupun juga beralasan karena kesibukan yang menyita waktumu. Hingga akhirnya hari ini, hari menjelang akhir pekan kamu dapat meluangkan sedikit waktumu.


***

Aku sedikit kesulitan ketika akan menyeberang jalan, karena lalu lintas yang cukup ramai. Mungkin orang-orang tengah sibuk menyiapkan rencana masing-masing untuk menghabiskan akhir pekan yang akan segera tiba. Sementara aku, hanya ingin menghabiskan jumat sore denganmu.

Akhirnya aku sampai juga diseberang, meski harus bersusah payah menembus padatnya lalu lintas jalan.

''hai, maaf lama nunggunya ya?'' Wajahmu terangkat mencari sumber suara.

''nggak apa-apa''  Katamu sambil melengkungkan senyuman manis. Senyuman yang masih tetap seperti dulu, yang bisa kulihat setiap hari.

Dulu? Cukup! Mengapa kamu selalu membuatku terbayang masa lalu??

Selang beberapa saat, bus yang kita tunggu akhirnya tiba. Syukurlah penumpang bus masih belum terlalu penuh. Kamu memilih duduk dekat jendela. Posisi yang paling kamu suka. Dan aku disampingmu.

Bus melaju pelan, meninggalkan asap hitam di belakang. Aku hanya mendengar suara deru mesin bus yang melaju dan klakson2 mobil yang saling bersahutan di tengah padatnya jalan raya sore hari. Kamu hanya diam, ada apa denganmu?

Matamu menatap kosong kearah luar jendela.

Baik aku menyerah, aku rasa kamupun tau bahwa aku bukan tipe orang yang bisa bicara banyak. Aku lebih baik juga diam.

''maaf, dulu aku tak sempat berpamitan padamu.'' Katamu tiba-tiba memecah kebisuan.

''bukan hanya tak berpamitan, kamu juga menghilang begitu saja.
Bahkan akupun juga tak tahu kamu berada dimana!''

''maaf.'' hanya kata itu yang mampu kamu katakan.

Matamu terlihat berkaca-kaca.

''sudah. Tak apa. Aku mengerti kamu pergi untuk mengejar mimpimu. Jadi aku tak akan menghalangimu untuk pergi.''

Seulas senyum kembali tersungging diwajahmu.
Aku pun ikut tersenyum.

''masa lalu biarlah tetap begitu, tak usah di ungkit-ungkit lagi.''

Selanjutnya berbagai cerita mengalir pelan dari mulutmu. Ya, kali ini aku mendengarnya langsung. Bukan lagi sekedar kata-kata yang tertulis di SMS. Tentang mimpimu yang berhasil kamu raih, bekerja di negeri orang, tentang orang yang kamu kasihi dan juga tentang hari bahagiamu. Kamu menceritakan semuanya dengan berbinar-binar.
Sementara aku, hanya diam mendengarkanmu, menatapmu yang bercerita penuh semangat. Aku sesekali menengok kearah luar jendela, lalulintas semakin padat saja. Dan cenderung macet. Tapi tak apa, setidaknya akan membuatku sedikit lebih lama bersamamu sore ini. Dan aku senang itu.

Lampu-lampu jalan mulai berpendar, berbaur dengan cahaya lampu2 kendaraan. Indah. Seiring dengan langit yang perlahan menggelap, dan hujan tak jadi membasahi bumi. Mungkin mendung terbawa angin yang memang cukup kencang, lalu menjatuhkan bulir-bulir air hujan di tempat lain.


***
Langit sudah sepenuhnya gelap.Kita turun didepan sebuah pusat perbelanjaan, cukup ramai. Tapi bukan itu tujuan kita. Kita memutuskan melanjutkan perjalanan menuju rumahmu dengan berjalan kaki dari sini yang hanya tinggal beberapa ratus meter lagi. Setelah singgah sejenak di sebuah warung kecil untuk membeli sebotol air mineral, kita kembali melangkahkan kaki menyusuri jalan menuju rumahmu. Aku berjalan memposisikan diri di samping kananmu. Aku selalu ingat kebiasaan ini ketika berjalan beriringan dipinggir jalan dengan seorang wanita . Ya, sekedar untuk berjaga-jaga mengingat semakin menggilanya para pengendara sekarang ini.
 
'' bahagiakah kamu sekarang?'' Tanyaku ketika melepaskan genggaman tanganmu seusai menyeberang di sebuah perempatan. Ada sesuatu yang berdesir disana, aku nyaris lupa kapan terakhir kalinya merasakan hangatnya genggaman tanganmu.

''ini lebih dari yang kubayangkan. Ya, aku sangat bahagia.'' Katamu sambil melengkungkan kembali senyum manismu.

Aku tersenyum.

''tapi terkadang aku merasa seperti tersiksa, harus menjadi seorang yang sempurna dimatanya, untuk bisa membahagiakannya''

Seketika juga wajahmu yang tadi ceria berubah menjadi murung. Aku terkejut mendengarnya. Tapi masih tak mengerti apa yang kamu katakan.

''hei, apa semuanya baik-baik saja?'' aku bertanya sambil mencoba menggenggam tanganmu kembali. Berusaha meminta penjelasan lebih lanjut mengenai perkataan yang barusan kamu ucapkan.

"bukankah dua orang yang saling mencintai juga harus mencintai kelemahan dan kekurangan masing-masing?? Ingat tak ada manusia yang sempurna didunia ini.'' lanjutku.

''aku tak berhak mencampuri urusanmu, tapi kalau kamu mau aku bersedia menjadi tempatmu berbagi cerita.''

Meskipun tak akan menyelesaikan masalah, setidaknya beban seseorang akan menjadi berkurang ketika berbicara dan bercerita dengan seseorang.

''ya, semuanya akan baik-baik saja.'' hanya itu yang bisa kamu katakan sambil melengkungkan lagi senyum.
Aku menatapmu dalam diam, tanganku mencoba menghapus setitik airmata disudut matamu.
 
Dan aku tersenyum mencoba meyakinkanmu.

Cerita petang ini pun berakhir ketika kamu melangkahkan kaki memasuki pekarangan rumahmu. Sebelum menutup pagar kamu sempat berkata 

''aku masih pengen ketemu kamu lagi. Jalan seperti ini lagi sama kamu.''

Aku hanya tersenyum tanpa mengatakan sepatah katapun.
Ya, semoga masih ada waktu..

Komentar

  1. omm,yakin penggalan awal dr cerita ini aku tau siapa...tp seterusnya aku embuhhh,,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. omm,aku nangis baca ini..
      entah karna memang bagus tau karna aku kenal sosok yg kamu ceritakan...
      heemmmm,biarlah itu menjadi rahasiamu

      Hapus
    2. Ngarang kentang!! Rak sah kepedean kw, fiksi og

      Hapus
  2. Balasan
    1. Wes to ah sing penting tulisane apik porak

      Hapus
  3. huhuhuuu sha jadi deg2an bacanyaaa

    BalasHapus

Posting Komentar

Baca Juga

Menyusuri Jejak Oei Tiong Ham, Raja Gula dari Semarang

Bersekutu dengan KM Kelimutu

Jelajah Kampung Kauman Semarang