Pesan Terakhir Sang Arsitek


Tak terasa sudah setahun lebih berlalu, sejak peristiwa terbakarnya pada 9 mei 2015 silam menggegerkan masyarakat Kota Semarang. Kini bangunan Pasar Johar memang masih berdiri, namun tak lagi utuh. Ia telah kehilangan jiwanya. Bukan hanya karena rusaknya atap, atau melengkungnya tiang-tiang penyangganya yang telanjang. Melainkan karena ia tidak lagi bisa memberi ruang-ruang pertemuan bagi manusia selayaknya sebuah pasar.

Hal itulah yang membuat beberapa pegiat sejarah, seni dan arsitektur di kota Semarang serta bekerja sama dengan berbagai pihak, menggagas sebuah pameran tentang karya dan hidup seorang Herman Thomas Karsten; sang arsitek Pasar Johar. Pameran bertajuk "Indonesia Bersatoelah, Indonesia Bermoelialah" ini diadakan sejak 19 November lalu. Bertempat di Semarang Contemporary Art Gallery di kawasan Kota Lama Semarang. Sedianya hanya berlangsung sampai akhir November, namun pada akhirnya di perpanjang hingga 17 Desember nanti.
Semarang Contemporary Art Gallery.
Herman Thomas Karsten lahir di Amsterdam Belanda pada tahun 1884. Pada awal abad 20, Karsten tiba di Semarang ketika kota ini sedang memasuki masa jayanya sebagai kota perdagangan dan industri yang besar. Lalu ia memperistri Soembinah, seorang pribumi anak dari lurah di Dieng. Hal yang sangat jarang dilakukan oleh seorang laki-laki Eropa pada masa itu. Biasanya seorang perempuan pribumi hanya dijadikan seorang gundik atau biasa disebut nyai dan tidak pernah muncul di depan publik.
Replika konstruksi pilar cendawan.
Lahirnya seorang arsitek progresif.
Memasuki ruangan utama Semarang Contemporary Art Gallery, saya langsung disambut replika pilar-pilar yang berbentuk seperti cendawan (Mushroom Konstruktie). Konstruksi pilar seperti itu sering diasosiasikan dengan Karsten, meskipun sebenarnya pelopornya adalah seorang arsitek berkebangsaan Swiss. Namun tidak bisa dipungkiri, memang Karsten adalah yang pertama kali menggunakan konstruksi ini di Indonesia. Sebut saja Pasar Jatingaleh (1930), Pasar Randusari dan kemudian Pasar Johar (1939).

Thomas Karsten adalah salah satu arsitek yang dilibatkan dalam proyek pemerintah Hindia Belanda untuk membenahi beberapa pasar. Karena pemerintah menyadari, pasar memiliki fungsi penting secara ekonomi dalam kehidupan masyarakat Hindia Belanda pada masa itu. Selain ketiga pasar tadi yang berada di kota Semarang, Karsten juga mendesain Pasar Gede Hardjonagoro, pasar tradisional terbesar di Solo. Meskipun tidak menggunakan konstruksi pilar cendawan, sistem ventilasi dan pencahayaan Pasar Gede masih memiliki kemiripan.
Lini masa hidup seorang Thomas Karsten.
Di salah satu sisi dinding ruang pamer, terdapat sebuah lini masa perjalanan hidup seorang Thomas Karsten. Tentu lengkap dengan karya-karyanya yang banyak tersebar tak hanya di Semarang saja. Selain pasar, Karsten semakin dikenal sebagai seorang yang progresif karena mendobrak tradisi dalam merancang perumahan rakyat. Pada masa itu, perumahan terbagi dalam kelompok-kelompok sesuai dengan ras; Eropa, Tionghoa ataupun pribumi. Namun Karsten merombak tradisi itu, dan membuat pengelompokan rumah berdasarkan kemampuan ekonomi; kaya, menengah ataupun maupun kalangan bawah.
Ruang pamer di lantai 2
Beranjak menuju lantai 2 gallery, tepat di depan tangga terdapat sebuah monitor layar datar. Menayangkan reportase singkat tentang Karsten. Dalam reportase bertajuk 'Karsten, Bukan Hanya Milik Semarang' tersebut, ditampilkan karya-karya Karsten di kota-kota lain. Setelah Semarang, Karsten juga terlibat dalam perencanaan tata kota lain di Hindia Belanda, misal Bandung, Bogor, Malang dan lainnya.

Dalam menata kota, Karsten selalu memiliki pandangan yang jauh ke depan. Karsten berpendapat bahwa pertumbuhan kota harus bisa diantisipasi oleh pemerintah dan perencana. Kota tidak bisa dibiarkan tumbuh secara alami, karena bisa menyebabkan hilangnya estetika dan higienitas karena masuknya golongan ekonomi lemah. Namun bukan berarti harus disingkirkan.
Pilar- pilar bergaya Mushroom Konstruktie.
Pasar Johar pasca kebakaran.
Dalam obituarinya, Thomas Karsten disebut sebagai seorang arsitek yang tidak hanya membangun fisik, namun juga membangun masyarakat. Ketertarikan Karsten pada permasalahan sosial sudah dimulai sejak ia masih tinggal di Eropa, dan semakin diasah ketika tiba di Hindia Belanda. Ia juga merasa bahwa tugas dari orang Belanda bukanlah untuk memaksakan ide-ide Barat, namun menyiapkan orang Jawa agar lebih maju.

Thomas Karsten juga dikenal akan kecintaannya pada budaya Jawa. Membuat ia begitu aktif dalam kegiatan seni dan budaya selama berada di Hindia Belanda. Nilai-nilai lokal Jawa juga mempengaruhi Karsten dalam merancang sebuah bangunan. Sebut saja gedung pertunjukan Sobokartti di Semarang (1931) dan Museum Sonobudoyo Yogyakarta (1935). Kedua bangunan tersebut adalah hasil pemikiran Karsten mengenai arsitektur tropis, serta memadukan ornamen tradisional pada arsitektur modern.
Karsten bersama keluarga.
Saya memang tak pernah menekuni ataupun memahami langgam dan teknik arsitektur. Namun hal-hal diluar teknis sebuah bangunan itu sendiri, yang membuat saya ingin mengenal lebih jauh tentang sosok seorang Thomas Karsten. Dan seperti yang pernah dituturkan oleh Simon, anak kedua Karsten. Untuk memahami karya ayahnya, kita perlu memahami dua hal; cintanya pada Soembinah sang istri sekaligus sumber inspirasinya, dan cintanya pada Indonesia.

Karsten sendiri menganggap bahwa arsitektur lebih dari sekedar hal-hal yang teknis. Sebagian besar karyanya lahir dari pengamatannya pada manusia, budaya, dan fenomena sosial-politik pada masa itu. Dan karyanya seakan menjadi penanda jaman, juga sebagai pengingat akan perjalanan bangsa ini.

Malangnya, menjelang akhir hayatnya Karsten ditangkap oleh tentara pendudukan Jepang. Sebelum akhirnya meninggal dunia di rumah sakit militer Cimahi pada tahun 1945. Dalam catatan terakhirnya tertanggal 21 April 1945, sesaat sebelum meninggal ia menuliskan pesan teakhirnya: "Indonesia Bersatoelah, Indonesia Bermoelialah".
Sebaran karya Thomas Karsten di Semarang.

Komentar

  1. Karsten ini spesialis bangun pasar yaaa hahaha.
    Lg ngebayangin tiang2 telanjang, apalah sama dengan manusia telanjang hahjaja

    BalasHapus
    Balasan
    1. gak juga om cum, selain pasar dia juga terlibat dalam perencanaan tata kota pada masa itu

      Hapus
    2. Iya sech, cuman kmrn aku ke pasargede solo juga di ceritain ttg thomas ini jadi

      Hapus
  2. o jadi pasar Johar yang pernah terbakar itu bukanlah pasar biasa-biasa saja ya, tuh arsiteknya ajah juga wong londo mang Karsten....tapi apalah hendak diungkap pasar Johar telah terbakar, semoga saja kita semua mendapatkan hikmah dari kejadian tersebut.

    salam untuk cucu-cucunya mang Karsten atuh yah

    BalasHapus
    Balasan
    1. pasar johar termasuk modern pada masanya, menyesuaikan juga dengan iklim tropis, jadi gak kegerahan meski tanda pendingin ruangan :)

      Hapus
  3. Lama tidak menikmati kawasan Kota Lama Semarang, pengen ke sana lagi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ahahaha yuk mas, aku juga pengen keliling kota lama setiap sudutnya
      padahal deket loh ini dari rumah :D

      Hapus
  4. Wooww..Semarang memang banyak menyimpan dan tersisa kisah dan bangunan bersejarah

    BalasHapus
  5. Dinding perjalanan hidupnya simpel ya, gak bikin pembaca bosen hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya jadi pengen lebih pengen tahu lebih dalam lagi :D

      Hapus
  6. Jadi penasaran dengan sosok Soembinah yang jadi inspirasi Karsten :)

    BalasHapus
  7. aku belum ke pamerannya mas :D
    semoga minggu ini bisa mlipir kesana :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. untungnya diperpanjang sampe tgl 17, mas vai. aku juga baru sempet kesana minggu lalu :D

      Hapus
  8. keren kalau dibikin gitu... daripada bukunya... tulisan semua bikin pusing..

    BalasHapus
  9. Keren kisah hidupnya.
    Apalagi karya-karyanya.
    Pesan terakhirnya juga dalam banget.
    Indonesia bersatulah.

    BalasHapus
  10. ajak aku kesini Gie kalo ke semarang, aku gak tau tempat ini, kemaren lebaran cuma ke museum 3d aja hehehe... sepertinya karsten suka sm konstruksi jamur yah, pasar cinde di palembang tiangnya juga bentuk jamur :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. oh iya mas isna, pasar cinde juga di desain oleh karsten :)
      gallery semarang juga salah satu bangunan di kota lama yang berhasil direvitalisasi dengan baik, dan saat ini memang sedang naik daun.

      Hapus
  11. Kalau inget pasar johar terbakar. Jadi inget toko temenku juga yg didalam pasar johar terbakar hangus.

    Ternyata dibalik megahnya pasar johar ada kerja keras dan rancanagan Karsten ya .

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul, johar adalah pasar termodern pada masanya :')

      Hapus
  12. Nyesel banget kemarin nggak sempet luangin waktu buat lihat pamerannya. Selalu aja ada acara kalau mau mlipir ke Semarang demi lihat pameran Thomas Karsten. Sekarang wes bubar #jedukinkepalaketembok. Btw dirimu dapat famletnya kah? Boleh donk kapan-kapan pinjam kalau ketemuan atau difoto-kopiin hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Buahahaha
      *Ngakak jahat
      Aku dpt mas, kebetulan sisa dua kmrn itu
      Udah ngerangkum semua yg ada di pameran itu kok
      Sip wes tak simpen, kapan2 kalo ketemu tak pinjemi :D

      Hapus
  13. Belum pernah aku berkunjung ke semarang art ya.. padahal dekat dengan rumah ku...heeh
    Nice Info nih...

    BalasHapus
  14. Nice! Menarik nih baru tau tentang om Karsten yang spesialis tata ruang di banyak lokasi. Jadi penasaran apa peninggalan beliau di Bogor yang masih eksis ya?

    Kalau aku ke Semarang tolong culik aku ke kota lama! ;) #request

    BalasHapus
    Balasan
    1. ahahaha gelar karpet merah buat mas gio :)))

      Hapus
  15. dia orang luar tapi peduli banget yaa dengan tanah jawa ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. banyak kok sebenarnya, orang luar yg peduli banget dengan indonesia :)

      Hapus
  16. Aku baru tahu Karsten ngedesain banyak kota gara-gara ada filmmaker namanya Tonny Trimarsanto ngumpulin cerita tentang beliau. Kalau di Jogja, ada Museum Sono Budoyo yang juga diarsiteki Karsten. Salam kenal :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. sudah nonton kah filmnya mbak?

      salam kenal juga :)

      Hapus
  17. wuihhh banyak juga ya karyanya, sebagai keturunan orang semarang aku malah belum tau siapa dibalik karya arsitektur kota semarang

    BalasHapus
    Balasan
    1. yuk jelajahi karya karsten di semarang ^^

      Hapus
  18. Sayang banget kemarin pas ke Kota Lama, galerinya lagi nggak buka, jadi nggak bisa ketemu Karsten.

    BalasHapus
    Balasan
    1. lihat karya-karnyanya aja, mas tom hehehe salah satunya di depan gereja blenduk

      Hapus
  19. aku sampe cari tau lg foto2 karsten dan sooogle sembinah di google ;p.. foto keluarga di atas ga terlalu jls soalnya.. penasaran seperti apa wanita sumber inspirasi karsten :)

    BalasHapus
  20. Semarang Contemporary Art Gallery ini isinya appa aja? tiap hari buka selain as pameran? wahh, aku kalau ke kota lama cuma jalan-jalan aja, nggak ngerti kalau ada temat ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. ehm kalo biasanya sih nampilin karya seni kontemporer macam patung dll, nah kemaren itu kebetulan emang lagi nampilin sosok karsten,

      Hapus
  21. Yahh telat, 17 desember sudah lewat :(
    Pingin ke kota lama belum kesampaian2 ini mas

    BalasHapus
  22. Pengen ke Johar belum pernah kesampaian :')

    BalasHapus
  23. Terkahir ke Kota lama tahun lalu, sekarang udah banyak perubahan ternyata

    BalasHapus
  24. sampeyan emang pembelajar sejati mas... mantap semoga makin banyak sejarah terkuak... bersatu itu emang tujuan yang mulia mas... semoga makin banyak manfaat nih... dan berakhir mulia...

    BalasHapus
  25. Trima kasih ya udah membawa inspirasi lewat tulisan ini....

    BalasHapus
  26. Hampir semua pasar besar pernah terbakar? Sengaja atau emang accident ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe itu sudah mjd rahasia umum mbak :))

      Hapus
  27. sayang sekali, artikel istimewa yang harusnya bisa membangkitkan semangat para pemuda indonesia ini kurang diperhatikan oleh para netizen, merekan sedang sibuk melongoin berita selebritis :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. sebernanya kalo ada kemauman di sekitar kita banyak kok :)

      Hapus
  28. Sangat disayangkan kalau sampai terjadi begitu

    BalasHapus

Posting Komentar

Baca Juga

Menyusuri Jejak Oei Tiong Ham, Raja Gula dari Semarang

Bersekutu dengan KM Kelimutu

Jelajah Kampung Kauman Semarang