Double Visit: Curug Lawe dan Benowo yang Tersembunyi

Curug Benowo.
Saya sudah sejak lama dibuat penasaran dengan  yang namanya Curug Lawe. Namun Curug Lawe ini berbeda dengan yang pernah saya kunjungi tahun lalu. Sebelumnya saya malah tidak tahu bahwa ada dua curug berbeda tapi bernama sama dan sama-sama berada di lereng Gunung Ungaran. Tahunya ya Curug Lawe yang berada di Medini, Kabupaten kendal yang pernah saya kunjungi itu.
 
Curug yang terletak di Desa Kalisidi, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang ini menjadi semakin hits setelah muncul di acara jalan-jalan salah satu tivi nasional. Hal itu pula yang sempat membuat saya ragu untuk kesana, males dengan ramenya itu lho.
 
Maka demi menuntaskan rasa penasaran dan hasrat untuk nyurug (sebutan untuk berburu curug?) berangkatlah saya pada  Minggu (15/10/2015) siang menuju Curug Lawe. Kali ini saya tidak sendiri, saya berkoalisi #halah dengan adik saya. Sebelumnya dia berencana untuk monggok (sebutan untuk main ke Umbul Ponggok? Bahasa saya aneh gak sih?) bersama teman-temannya. Tapi karena satu dan lain hal akhirnya batal dan ikut nyurug bareng saya. Emang enak di PHPin :p
 
Perjalanan menuju Curug Lawe kami tempuh dengan mengendarai sepeda motor, hanya membutuhkan waktu hampir satu jam dari rumah kami.  Rutenya? Googling saja ya, saya males jelasinnya #wuuu Tenang, gampang kok untuk menuju Curug Lawe dan Benowo ini. Sudah banyak kok petunjuk jalan yang mengarah kesana. Singkatnya jika sudah memasuki perkebunan cengkeh berarti anda sudah 'sampai'.
Gak tau pohon cengkeh itu seperti apa? Santai, jika indera penciuman anda tajam, aroma cengkeh akan sesekali hinggap di hidung pesek anda. Gak tau juga aroma cengkeh itu kayak apa??? Pisau mana pisau..  Hmmm... #mulaisewot

Cengkeh yang beraroma khas.
Oiya, kata 'sampai' tadi tidak lantas sampai di curugnya lho ya. Tapi sampai di pintu masuk dan area parkir. Nah jika anda membawa kendaraan ya silahkan parkir disitu. Kan gak mungkin toh nyangking motor sampai ke curug?? Yang biasanya letak curug itu tersembunyi ditengah hutan dan butuh perjuangan pastinya. Nah dari parkiran perjalanan akan dilanjutkan dengan hanya mengandalkan sikil kesayangan sampean :)))

Cukup membayar Rp.4000 per kepala dan Rp.2000 untuk parkir sepeda motor, tantangan pertama dimulai dengan menyusuri pinggiran saluran irigasi. Disini pengunjung akan dituntut menjaga keseimbangan masing-masing. Salah-salah bisa nyusruk. Kalau nyusruknya ke kanan sih ndak apa-apa. Paling hanya basah nyemplung saluran irigasi tadi. Tapi kalau nyusruknya ke kiri, wahh.. tamatlah riwayat anda. Jurang sedalam lebih dari 100 meter akan menelan anda mentah-mentah. Lebay sekali!! Eh tapi jurangnya ndak lebay lho ya. Jadi harus tetap hati-hati, kalau papasan ya harus gantian karena jalurnya hanya cukup dilewati untuk satu orang.

Meniti jalan menuju curug.
Aliran irigasi ini akan terus berlanjut sampai di sebuah jembatan air yang lumayan fotogenic, banyak pengunjung yang berhenti sejenak disini untuk sesi foto-foto. Tapi kami berdua memilih langsung melanjutkan yang kami sendiri ndak tahu seberapa jauh lagi untuk sampai di curugnya. Pikir saya, berfotonya nanti sajalah sepulangnya dari curug. #Narsisnya teteup donk wkwkwkwk

Jembatan kayu.
Masih menyusuri aliran irigasi, kemudian akan bertemu dengan sebuah bendungan sebagai cek poin pertama. Saya sempatkan berhenti sejenak dan turun ke sungai serta mencuci muka dengan airnya yang jernih dan dingin. Nah dari sini tantangan sesungguhnya dimulai. *ketawa jahat*
Tenang, jalurnya gampang-gampang susah kok berupa tanah berbatu. Saran saya sih pakai sandal atau sepatu yang nyaman dipakai untuk trekking ya. Karena tidak sedikit pengunjung lain yang akhirnya melepas alas kaki mereka alias nyeker karena salah kostum. Sendal gunung kesayangan saya yang udah mulai trepes saja lumayan nyiksa, apalagi ketika kaki menginjak batu-batu yang tajam.

Dan masih terus berjalan.
Berjalan tak lama dari bendungan tadi, kami bertemu dengan sebuah percabangan. Dan disini pula saya baru tahu bahwa sebenarnya ada dua curug sekaligus. Ke kiri menuju Curug Benowo sementara ke kanan menuju Curug Lawe. Tanpa pikir panjang saya memutuskan ke Curug Benowo dulu. Feeling saya mengatakan kayaknya sih lebih landai jalurnya. Ternyata ini adalah keputusan yang tepat. Kenapa? Silahkan baca sampai habis :)))

Petunjuk arah.
Korban keganasan jalur menuju curug.
Dihitung dari parkiran tadi, butuh waktu hampir satu jam untuk sampai di Curug Benowo. Maklum kami jalan santai, sambil diselingi sesi foto-foto juga sih. Apalagi ketika melintasi beberapa jembatan kayu yang cukup menarik untuk dijadikan spot berfoto. Medan yang kami lalui cukup menantang dan masih menyusuri pinggir aliran sungai. Tak jarang pula kami ditemani suara gemericik air terjun mini yang memang banyak ditemui sepanjang perjalanan.

Air terjun mini :3
Seperti dugaan saya sebelumnya, pengunjung di Curug Benowo siang hari itu cukup ramai. Banyak juga yang mandi tepat dibawah curugnya yang memang debit airnya tidak terlalu deras karena musim kemarau. Ada yang memilih ngadem di warung di sekitaran curug yang menjual minuman dan popmie. Bahkan ada yang mojok berduaan dibalik batu-batu gede. Ternyata gak hanya udang yang ada dibalik batu ya :p

Curug Benowo sudah terlihat di kejauhan.
Kami tak berlama-lama di Curug Benowo, setelah mengambil foto seperlunya dan cuci muka merasakan airnya yang bening kami segera bergegas melanjutkan ke Curug lawe. Lagipula kami tak tahu seberapa jauh lagi untuk sampai kesana, takut kesorean pula nantinya. Selain itu pemandangannya gak banget. Mending kalo yang mandi bidadari, lha kalo yang ini? Ah sudahlah~

Banyak yang mandi :p
Ternyata ada jalan lagi untuk menuju Curug Lawe dari Curug Benowo. Saya kira harus kembali ke percabangan tadi. Membayangkannya saya sudah membuat dengkul saya lemas. Diawali menyeberang sungai tepat di bawah curug dilanjutkan dengan menyusuri pinggiran tebing. Setelahnya kami dihadapkan dengan turunan yang lumayan curam. Seperti yang sudah saya bilang tadi kan, kami beruntung memilih ke Curug Benowo dulu yang medannya agak landai. Beda cerita kalau sebaliknya, yang berarti banyak nanjaknya :D

Kami hanya membutuhkan waktu tak kurang dari setengah jam untuk sampai di curug lawe. Setelah turunan yang cukup curam tadi perjalanan dilanjutkan dengan susur sungai lagi. Tapi bedanya sungai disini diapit tebing tinggi dikanan kirinya. Sementara pohon-pohon besar yang tumbuh diatasnya membuat medan yang kami lalui cukup teduh, bahkan sinar matahari tidak bisa menembus hingga ke dasar tebing.

Akhirnya sampai juga :D
Sampai di Curug Lawe, ternyata pengunjungnya tidak jauh berbeda dengan di Curug Benowo tadi. Bahkan cenderung lebih ramai. Oleh karena itu saya tidak tertarik untuk mendekat ke bawah curug yang sudah penuh dengan manusia. Dan memilih untuk nongkrong di salah satu warung setelah tadi memotret curug dari kejauhan. Iya, perjalanan yang melelahkan membuat perut saya meronta minta diisi dari tadi. :(

Segeeeer.
Jika boleh membandingkan, menurut saya Curug Lawe lebih eksotis daripada Curug Benowo. Curug Lawe mengalir dari atas tebing yang melengkung membentuk hampir setengah lingkaran, dan terdapat air terjun utama dan beberapa air terjun mini yang merembes dan mengalir di dinding tebing. Meskipun sebenarnya saya kurang menikmati pemandangan curugnya, dikarenakan pengunjungnya terlalu ramai siang menjelang sore itu. Tak apalah, semua orang berhak menikmati keindahan alam bukan? Meski melelahkan, saya juga cukup menikmati perjalanannya. Itung-itung olahraga kaki, karena sudah lama gak di ajak jalan hehehe.. Lagipula mengunjungi curug atau air terjun pasti membutuhkan perjuangan karena biasanya berada di tengah hutan.

Setelah mengisi perut dengan satu cup popmie, dan setengah cup lagi milik adik saya yang tidak habis kami segera bergegas untuk pulang. Maklum hari sudah beranjak sore dan perjalanan pulang masih jauh. Semangat!!!

Tetap jaga kebersihan ya :D
Kami tetap jalan santai dan diselingi foto-foto tentunya. Medan yang landai dan cenderung menurun membuat perjalanan pulang tidak terlalu menguras tenaga. Tahu-tahu kami sudah sampai di jembatan air, dan berhenti sejenak untuk berfoto lagi. Muehehehe..

Jika boleh memberi saran, Curug Lawe dan Benowo ini tidak cocok dijadikan wisata keluarga, apalagi bagi orang yang sudah cukup berumur. Mengingat medan yang dilalui panjang dan tidak bisa dibilang mudah. Saya juga sempat berpapasan dengan beberapa orang tua yang terlihat tidak kuat melanjutkan perjalanan. Jika membawa anak kecil, anda menyiapkan tenaga ekstra untuk menggendong jika anak anda lelah :)))

Wall of bottle

Komentar

  1. Sayang ya..debit airnya berkurang drastis. Tapi ya wajar kan lagi musim kemarau gitu

    BalasHapus
  2. Baru tau nih tempatnya, keliatan dari jalan masuknya Adventure banget :v

    BalasHapus
  3. segernyooo, kesini bareng temen2 pasti bakal makin seru,
    tengkiu infonya yai

    BalasHapus
  4. wah memang kalau ke curug itu harus punya fisik kuat ya. ada jembatan kayu juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tergantung masing2 curugnya mbak :D
      Toh ada jg curug yg dekat dr jalan raya

      Hapus
  5. kejauhan kak... :v


    deket" sini ajah :3

    ~nita~

    BalasHapus
  6. wah, untunglah mengunjungi tempat yang sudah disiarkan di acara tv berakhir memuaskan. aku pernah berkunjung juga ke salah satu curug di tasikmalaya yang pernah dikunjungi acara tv. hasilnya, emosi jiwa gegara sikap warga sekitarnya yang belum siap dengan lonjakan pendatang. berpikir para pengunjung ini adalah sumber uang -.-

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, untungnya ini masih blm terlalu komersil, tp udh lumayan ramai sih,

      Hapus

Posting Komentar

Baca Juga

Menyusuri Jejak Oei Tiong Ham, Raja Gula dari Semarang

Bersekutu dengan KM Kelimutu

Jelajah Kampung Kauman Semarang