Sepucuk Cinta dari Sudut Gang Sosrokusuman

Gapura masuk Jl. Sosrokusuman, tepat di sebelah selatan Mall Malioboro.
Hmm.. oke mungkin judulnya sedikit lebay, ga enak dan lebih mirip judul FTV, tapi saya berani jamin ceritanya ga akan selebay judulnya. Oke ga usah banyak cap cip cup belalang kuncup, langsung aja nih cekidot!

Jogja siang itu cukup terik dan panas, tapi masih kalah panas sama Semarang yang gerahnya minta ampun. Asli! Kini saya sampai di area jalan Malioboro setelah turun dari kereta Prameks di Stasiun Tugu tadi. Saya harus berlari kecil saat menyebrang jalan di zebra cross dekat halte TransJogja. Itupun tadi membutuhkan waktu cukup lama karena lalu lintas kendaraan cukup ramai siang itu. Ya maklum lah, meski bukan bertepatan dengan hari libur atau akhir pekan Jogja masih saja ramai oleh pelancong dan wisatawan.
 
Sesekali langkah saya harus terhenti, mengalah dengan lalu-lalang kendaraan roda dua yang sedang akan diparkirkan ataupun sebaliknya. Berada di situasi seperti ini saya hanya bisa terdiam. Tapi dalam hati saya mengumpat, trotoar seharusnya diperuntukkan bagi pejalan kaki. Bukan menjadi area parkir kendaraan seperti ini! Entahlah mungkin kebijakan petinggi kota ini memang begini jika menyediakan lahan parkir kendaraan di area wisata. Saya bisa apa

Jika menemukan tanda ini, masuk gang kecil tersebut.
Setelah melewati area depan Mall Malioboro, saya berbelok masuk ke Jalan Sosrokusuman. Setelah beberapa puluh langkah, saya berbelok lagi masuk ke gang yang lebih kecil. Dan hanya berjarak beberapa meter saya menemukan pintu berwarna hijau terbuka, tanpa pikir panjang saya langsung masuk sambil mengucapkan salam.

"Kulo nuwun.."

"Monggo... Oalah Masnya.." Sahut seorang Ibu sambil tersenyum ramah.

Sayapun membalas senyumnya.
"Njih Bu.."

Hanya beberapa langkah dari mulut gang tadi, akan terlihat pintu ini di sebelah kiri.
Iya, kami memang sudah saling kenal sebelumnya. Meski beliau lebih sering kali lupa dengan nama saya, namun beliau akan selalu saya ingat sebagai Ibu pemilik penginapan yang sangat baik dan ramah. Saya maklumi karena sebagai seorang yang sudah memasuki usia senja, mungkin daya ingatnya agak sedikit menurun. Saya memang seringkali mampir ke penginapan sederhananya ketika berkunjung ke Jogja. Malah saya rela meluangkan waktu ke Jogja hanya untuk mengunjunginya, bertemu dengan beliau, lalu mengobrol tentang banyak hal. Oke, mungkin beliaulah yang lebih banyak berbicara, sebagai seorang yang tidak begitu banyak berbicara seperti saya ini, saya lebih suka mendengarkan. Itu saja.

Saya awalnya tidak percaya begitu beliau menyebutkan usianya. Iya, beliau nampak awet muda dan ubannya pun jauh lebih sedikit dibandingkan dengan mendiang Ibu kandung saya sendiri yang berpulang di usia 55 tahun. Saya jadi penasaran dengan resep awet muda versi beliau.

"Saya terbiasa hidup prihatin Mas dari dulu, ga makan goreng-gorengan, daging, ayam pun jarang makan."

"Saya makan nasi kemarin, karena kandungan gulanya sudah berkurang. Bagus buat orang tua seperti saya."

"Oiya satu lagi. Saya juga rutin minum jamu." Jelas beliau dengan berapi-api.

Mengobrol sambil menemani beliau yang sedang memilah beras.
Sebut saja Ibu Fatimah, saya mengenalnya dengan nama itu. Nama panjangnya saya tidak tahu dan belum berniat menanyakannya. Ya, mungkin saja memang nama itu yang tercetak di KTP miliknya. Lahir di Ponjong, Gunung Kidul. Siapa sangka beliau yang kini memasuki usia 64 tahun itu suaminya dulu pernah menjabat sebagai Bupati Gunung Kidul, namun sudah lama berpulang.

Beliau adalah pemilik sekaligus penjaga penginapan di salah satu sudut gang di Jalan Sosrokusuman. Saya pertama kali menginap disini sekitar pertengahan tahun 2014 bersama sahabat saya atas rekomendasi seorang teman. Memang bukan penginapan yang wah dengan berbagai fasilitas lengkap. Hanya sebuah rumah tempat tinggal beliau, dengan bagian utama rumah yang kemudian disekat-sekat dengan papan triplek menjadi beberapa kamar untuk disewakan kepada pelancong dan wisatawan. Dan jadilah penginapan tanpa nama di sudut gang Sosrokusuman milik Bu Fatimah.

Fasilitas yang disediakan pun biasa saja, malah terkesan seadanya. Kasur lengkap dengan bantalnya dan sebuah kipas angin di setiap kamar. Tersedia 3 kamar mandi yang bisa digunakan. Itupun sering mampet karena ulah para tamu yang tak tahu aturan. Mau minum silahkan ambil sepuasnya, gratis. Mau pake kompor untuk masak Indomie, silahkan. Gratis. Tapi bonusnya adalah keramahan beliau akan senantiasa menyambut para pelancong dan wisatawan yang akan beristirahat di penginapannya setelah lelah berwisata berkeliling Jogja.

"Anggap saja rumah sendiri, Mas.." Tutur beliau setiap kali saya menginap.

Ya, menginap disini saya memang merasa seperti di rumah sendiri, meski fasilitasnya sederhana dan terkesan seadanya. Saya seperti menemukan keramahan Jogja yang sebenarnya melalui sosok Bu Fatimah, keramahan Jogja yang perlahan hilang di tengah-tengah gedung bertingkat yang dibangun seenak udelnya sendiri.

Bangunan ini sebenarnya adalah warisan turun-temurun dari keluarga beliau. Bangunan rumah asli Jogja dengan ciri khas empat pilar utama terbuat dari kayu. Nah, dasar dari pilar tersebut adalah batu, tapi bukan sembarang batu. Tutur beliau. Yang sampai sekarang masih dipertahankan, berbeda dengan di sekitarnya yang mayoritas bangunan baru.

"Kebaikan akan selalu kekal Mas, tapi kalau uang kan pasti habis."

Bu Fatimah, pemilik penginapan sederhana yang sudah saya anggap seperti Ibu saya sendiri.
Dengan pengalaman segudang, beliau juga sering memberi nasehat-nasehat kepada tamu khususnya anak muda, tak terkecuali saya. Ya, dan itu bisa didapatkan gratis langsung dari beliau. Jangan salah, beliau nyambung banget kok ngobrol dengan kita-kita yang muda. Mau curhat asal tidak mengganggu, beliau juga siap menjadi pendengar yang baik. Maka dari itu saya betah berlama-lama menginap di penginapan sederhananya.

Meski Bu Fatimah meminta mengganggap penginapannya sebagai rumah sendiri tapi ya jangan seenaknya sendiri. Saya pernah tertanggu oleh kelakuan beberapa orang tamu yang berasal dari kota S, hampir tengah malam dan mereka masih saja bercanda tertawa terbahak-bahak seolah tak punya sopan santun. Saya yakin Bu Fatimah dan beberapa tamu lainnya juga terganggu. Ya, kembali lagi sih namanya manusia kan memang beda-beda.

"Kalau anda sopan, kami segan. Bukan begitu kan, Mas?"

Beliau juga pernah bercerita pada saya, di salah satu kamar seorang pemuda yang menginap selama beberapa hari hampir tidak pernah keluar kamar.

"Ya saya kan khawatir kenapa-napa Mas. Apa ga lapar gitu kan. Saya akhirnya ketuk pintunya"

Tahu kenapa? Yap, ternyata seorang pria pun kalau patah hati lebih parah dari perempuan hehehe. Tapi kalau saya patah hati ga gitu-gitu juga sih. Asli! Saya masih doyan makan kok. :D Setelah cerita-cerita, curhat si Mas patah hati tadi masih menjalin komunikasi dengan Bu Fatimah sampai sekarang. Sekadar menanyakan kabar atau yang lainnya. Bahkan masih sering mampir atau yang paling menggembirakan adalah si Masnya pamer calon istri ke Bu Fatimah. Dan siapa sangka calon istrinya juga awalnya dipertemukan disini, di penginapan Bu Fatimah!

Begitu banyak cerita terjadi disini, di penginapan sederhana milik Bu Fatimah. Baik dari beliau sendiri yang bercerita pada saya, maupun dari buku tulis ukuran folio yang sengaja disediakan beliau untuk diisi dengan testimoni-testimoni  dari tamu yang menginap disini. Baik cerita patah hati maupun menemukan jodohnya disini.

Seringnya sih curhat, mulai dari curhatan warga Ibukota sana yang jenuh dengan rutinitas kerja ditambah kesumpekan Jakarta. Sampai curhatan ga penting supaya dikasihani dan diberi harga murah oleh Bu Fatimah. Padahal harga yang dipatok beliau sudah paling murah diantara penginapan-penginapan serupa. Namun kebanyakan memang berterimakasih atas keramahan dan kebaikan beliau selama menginap disini. Dan suatu saat jika main ke Jogja pasti menginap lagi disini.

Buku testimoni.
Dari buku testimoni tadi, saya juga tahu yang pernah menginap disini adalah dari berbagai daerah. Selain dari Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi. Bahkan ada dari LA, bukan Los Angeles tapi Lenteng Agung. Hahahaha Mayoritas memang dari kalangan mahasiswa yang dijaman modern ini virus traveling sudah menjangkiti. Bahwa berpergian atau liburan itu tak melulu bisa dilakukan melalui biro atau agen perjalanan. Tapi tak sedikit pula dari kalangan lainnya. Bahkan Ibu-ibu rumah tangga pun tak mau kalah kalau urusan berlibur. Seringkali malah merepotkan Bu Fatimah, ya maklum lah mereka memang agak sedikit rempong.

Mengenal sosok Bu Fatimah mengajarkan saya tentang kejujuran dan kesederhanaan. Beliau memilih hidup sendiri lalu mengelola penginapan sederhananya sendiri pula. Padahal sebagai istri seorang yang pernah menjabat Bupati Gunung Kidul, beliau bisa saja hidup serba berkecukupan. Bahkan bisa saja beliau ikut puteranya yang kini sudah sukses dan menetap di Belgia sana. Tapi dengan rendah hati beliau memilih hidup sederhana seorang sendiri dan masih bersemangat mengelola penginapan sederhananya.

Mural di salah satu sudut gang Sosrokusuman.
Ya, saya beruntung sekali mengenal sosok beliau. Yang sekarang sudah saya anggap seperti Ibu saya sendiri. Jika saya sedang kangen Bu Fatimah dan butuh nasehat-nasehatnya, saya hanya perlu ke Jogja yang hanya berjarak beberapa jam perjalanan darat dari kota saya. Tapi jika saya sedang kangen dengan Ibu saya sendiri, saya hanya bisa menaburkan bunga di atas pusaranya sambil memanjatkan doa.


NB: Tulisan ini saya dedikasikan untuk Bu Fatimah yang tak hanya sekedar seorang Ibu yang menyediakan tempat untuk singgah, bermalam, tapi juga kasih sayang dan keramahan. Serta selalu mengajarkan tentang kesederhanaan. Semoga beliau senantiasa diberi kesehatan dan umur panjang.

Contact Person: Bu Fatimah 0877-3844-0274

Komentar

  1. Wuah, ibu yang menyenangkan sekali. Saya jadi ingin mencoba menginap di tempat beliau kalau ke jogja nanti.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silahkan mampir aja :))) *bukan promo loh kalo masih bingung tmptnya silahkan kontak saya :)

      Hapus
    2. Mas Joe, gak dicantumin nomor kontak penginapannya? Bukan promo, hanya berbagi info.

      Btw, ketemu si Chaca juga di sini.

      Hapus
    3. Mas Joe, gak dicantumin nomor kontak penginapannya? Bukan promo, hanya berbagi info.

      Btw, ketemu si Chaca juga di sini.

      Hapus

  2. suka ini "kebaikan akan kekal, uang pasti habis :)"
    https://aksarasenandika.wordpress.com/2015/08/25/kita-dan-beda/

    BalasHapus
    Balasan
    1. Suka bgt :) maksih sudah mampir
      Abis ini mampir balik

      Hapus
  3. Penggemar gang sosrokusuman hadirrr.kl aq suka nginepnya pas mw belok situ mas jo..ga brasa kota kl disitu...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, mbak. Adem tenang. Nyamuk aja ga ada :D

      Hapus
  4. penasaran mau kesana jadinya ..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silahkan kalo ke jogja mampir *bukan promo :))

      Hapus
  5. Jogja terlalu istimewa,, romantis banget gann,, jd pengen ketemu bu fatimah

    BalasHapus
  6. Habis baca ini aku jadi kangen sama ibu pondokan KKN ku dulu. Entah kenapa mereka-mereka ini adalah orang yang menentramkan hati.

    BalasHapus
  7. Wah bisa jadi referensi kalo kapan2 ke jogjakarta

    BalasHapus
  8. blusukan di yogyakarta itu selalu menyenangkan ya? Jadi kangen sama kota ini :D

    BalasHapus
  9. Sayang..dua kali maen ke jogja tapi malah belum pernah nicipin home stay bu Fatimah, saya malah nginep di W2W hotel dalam tanda kutip, murah juga sih dan juga sama-sama di belakang mall malioboro. salam kenal ya..

    BalasHapus
  10. Saya pernah menginap di Sosrokusuman, suasananya tenang dan damai, padahal tak jauh dari keramaian Malioboro. Tapi next time musti coba cari penginapan ibu Fatimah, sepertinya bakal jadi pengalaman berbeda, otentik Jogja :)

    BalasHapus
  11. berkali kali ke Jogja, tapi ga pernah nginep di daerah sini. Biasanya di hoteel yang udah disiapin manajemen Raisa *dikeplak*. nexttime mau cobaiin aaah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ah kak Raisa mah kalo mau konser di jogja musti hotel bagus

      Hapus
  12. Mas, bisa share no Hp bu Fatimah disini atau melalui email sya, boleh? Soalnya saya sudah pernah nginap 4 hari waktu Nov 2015 lalu & punya no hp bu itu. tapi smua no contact saya hilang termasuk no Hp-nya. Saya berencana ke Jogja lagi bareng temen2 bulan depan. Thanks

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kebetulan no.hp bu fatimah jg hilang mas
      Sebrntar saya usahakan tanya ke temen dulu ya

      Hapus
  13. Saya itu pas lewat depan pintu gangnya ini kok ngerasa bakalan ada yg menarik dari bag sudut gang sosrokusuman. Eee malah baca catatan ini. Berati feeling kmrn tepat. Kpn2 mampir ahh

    BalasHapus
  14. Ahahaha monggo mbak mampir
    *Bukan promo

    BalasHapus
  15. Merinding saya bacanya, semoga bisa berkunjung dan menginap di rumah ibu fatimah 🙏

    BalasHapus
  16. Aq dulu pas k jogja pernah nginep d bu fatimah. Ibunya baik banget. Malah pas aq pulang d anterin krna g tau jlan k stasiun. Dan rencana akhir bulan ini mau kesana. Tp no hp bu fatimah yg aq punya udah g aktif. Minta tlong kak johanes siapa tau punya no ibu fatimah. Mkasih...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo kak merry, terimakasih sudah mampir disini.
      Iya, hape bu fatimah sempat hilang jd nomernya ga katif lg, banyak yg langganan kesana jd bingung mau menghubungi.
      Ini nomer barunya 0877-3844-0274

      Hapus
  17. Kebaikaan selalu kekal :D Ibunya sederhana dan terlihat ramaah banget mas ya :D Belum pernah nginap di penginapan karena selalu numpang di kosan teman, hiks rencana ke jogja kmren juga gagal karena terkena musibah yg tidak terduga. Next time, semoga Allah mengijinkan buat main ke Jogja :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hai mbak lucky, sabar ya semoga sepet dapat gantinya hehe. tak apa jogja belum kemana-mana kok. jadi bisa kapan2 lagi ke jogjanya hehe

      Hapus
  18. Mas Kalo mw nginep di bu Fatimah, harus reservasi dlu ato lgs ajah dtg ke Penginapanx???
    Di tunggu blsanx mas...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Langsung datang bisa. Tapi kalo lg libur panjang alangkah baiknya hubungi dulu nomer yg tertera.

      Hapus
    2. Kalo bulan oktober gag trmasuk musim liburan Kan mas yaa...
      Hehehehg

      Hapus
    3. Engga sih, kalo misalnya libur tahun baru lha itu.

      Hapus
    4. Engga sih, kalo misalnya libur tahun baru lha itu.

      Hapus
    5. Tarif per malem brp yaa mas??? Truz Kalo bawa Balita (2th) kena extra person gag????

      Hapus
    6. Satu kamar kena 50rb. Biasanya diisi 2 orang. Ada kamar yg agak gede, 75k. Bisa diisi 3 orang.

      Tapi saya ingatkan ya mbak, takutnya nanti ga seperti bayangan mbak. Fasilitasnya belum seperti penginapan standar. Trus nanti mbak kecewa😀

      Hapus
  19. Kak kalau nginep di tempatnya bu fatimah boleh cwok sama cwek gak sekamar? Soalnya saya berdua ini sama temen cwok saya. Kita rencana mau naik gunung tapi stay dulu di jogja. Jalan-jalan sekitar malioboro baru lanjut naik gunung. Ditunggu balasannya kak. Terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh iya sudah kak. Terimakasih buat informasinya m ��

      Hapus
  20. Mas boleh minta no nya bu fatimah yg aktif ga? Terimakasih

    BalasHapus
  21. Saya sering nginep Di sini.Langganan.. Bahkan besok juga nginep Lagi tgl 28 September 2018 hanya saja bufatimah lagi dijakarta

    BalasHapus

Posting Komentar

Baca Juga

Menyusuri Jejak Oei Tiong Ham, Raja Gula dari Semarang

Bersekutu dengan KM Kelimutu

Jelajah Kampung Kauman Semarang