Menyusuri Jejak Oei Tiong Ham, Raja Gula dari Semarang
Berawal dari obrolan panjang
dengan seorang teman, yang berkunjung ke Museum Gula Jawa Tengah beberapa waktu
yang lalu. Gula, gula dan gula. Entah kenapa selalu memenuhi benak saya
belakangan ini. Seperti yang kita ketahui, industri yang dimulai sejak jaman
pemerintah kolonial tersebut pernah mengantar Indonesia sebagai eksportir gula
terbesar di dunia.
Gula memiliki sejarah panjang di
tanah Jawa pada khususnya, dimulai dengan berdirinya ratusan pabrik gula sejak
abad ke-17. Namun satu per satu ditutup karena krisis ekonomi yang melanda
dunia pada tahun 1930an, menyebabkan harga gula jatuh di pasaran.
Car free day di Jl. Pahlawan |
Hingga penelusuran saya tertuju
pada sebuah nama yang cukup asing di telinga saya. Namun dengan julukannya
sebagai Raja Gula dari Semarang, nama Oei Tiong Ham seakan membuat rasa ingin
tahu saya semakin besar. Siapakah sosok Oei Tiong Ham ini??
***
Di suatu minggu pagi yang cerah,
saya bersama beberapa teman lainnya yang ikut dalam Bersukaria Walking Tour, berusaha
mencari celah di antara kerumunan orang-orang yang sedang menikmati hari bebas
kendaraan (car free day) di salah satu jalan protokol kota Semarang. Langkah
kami dipimpin oleh Mas Fauzan, sang pemandu kami pagi itu.
Para peserta sedang mendengarkan penjelasan dari sang guide kami, Mas Fauzan. |
Walking tour kami pagi itu
mengambil tema Radja Goela. Suatu hal yang bisa dibilang kebetulan, karena
belakangan ini saya dibuat penasaran oleh sosok Oei Tiong Ham. Maka dari itu, saya
sangat antusias ketika akun Instagram milik Bersukaria Tour beberapa hari
sebelumnya mengumumkan akan mengadakan
walking tour menyusuri jejak kejayaan Oei Tiong Ham.
Dari Taman Menteri Supeno sebagai
titik awal, kami beranjak menuju Jalan Pahlawan yang merupakan salah satu jalan
protokol di kota Semarang. Di sepanjang jalan ini terdapat berbagai macam
gedung perkantoran pemerintah provinsi Jawa Tengah.
Pedestrian yang lebar dan nyaman untuk berjalan kaki |
Bebas macet. |
”Jadi jalan Pahlawan ini dulunya
bernama Oei Tiong Ham weg,” Mas Fauzan guide kami mulai menjelaskan.
Oei Tiong Ham lahir di Semarang
pada November 1866, anak dari seorang singkeh bernama Oei Tjie Sien. Dia
mewarisi bisnis yang dirintis oleh ayahnya. Lalu membangun bisnis konglomerasi
bernama Oei Tiong Ham Concern (OTHC), yang kelak akan menjadi kerajaan bisnis
terbesar di Asia tenggara. Bisnis utamanya adalah perdagangan gula tebu
internasional, selain perbankan, asuransi hingga properti.
Bisnis Oei Tiong Ham tersebut
mengantarkannya menjadi orang terkaya di Hindia Belanda pada masa itu. Namanya
tersohor seantero Asia, Australia bahkan Eropa. Maka tak heran jika orang-orang
menjulukinya sebagai Raja Gula dari Semarang. Meski ada informasi lain
menyebutkan, bahwa kekayaannya tersebut juga diperoleh dari perdagangan candu.
Rumah cantik yang kami lewati. |
“Kenapa dinamakan Oei Tiong Ham
weg? Karena dulunya, sepanjang gedung Gubernuran sampai Polda di ujung jalan
sana, adalah tanah milik Oei Tiong Ham,” Lanjut Mas Fauzan.
Saking kayanya, Oei Tiong Ham memiliki
sebuah istana seluas lebih dari 81 hektare di kawasan bilangan Gergaji, Semarang. Bangunan utama
yang merupakan kediamannya sendiri, terletak di Jl. Kyai Saleh yang masih
berdiri megah hingga kini. Sementara bagian belakangnya merupakan taman, kebun,
hingga kebun binatang. Yang kini telah berganti menjadi pemukiman warga, hingga
gedung-gedung pemerintahan yang berada di salah satu sisi Jl. Pahlawan.
Istana Gergaji yang kini digunakan sebagai kantor OJK. |
Tatapan tak bersahabat dari para
petugas keamanan menyambut kami, ketika sampai di depan gerbang rumah megah
bergaya indis itu. Saat ini, kediaman Oei Tiong Ham tersebut sudah beralih
fungsi menjadi kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Mas Fauzan berusaha sedikit
menjelaskan maksud kedatangan kami, namun tetap saja kami tak diijinkan untuk
mendekat, dan hanya bisa mengabadikan rumah tersebut dari kejauhan.
Puncak kejayaan bisnis Oei Tiong
ham dicapai pada dekade 1920an, namun ironisnya pada periode tersebut dia sudah
tidak berada di Hindia Belanda lagi. Oei Tiong Ham pindah ke Singapura pada
tahun 1921. Dari kabar yang beredar saat itu, kepindahannya didasari perselisihan
dengan pemerintah Hindia Belanda mengenai aturan pajak serta hukum waris.
Pada masa itu pemerintah Hindia
Belanda mengatur pemberian warisan secara merata kepada semua anak. Sedangkan
Oei Tiong Ham sendiri memiliki kebijakan untuk mewariskan aset-aset bisnisnya
hanya kepada anak yang dinilai memiliki kemampuan untuk meneruskan usahanya.
Sementara anak-anak yang menurutnya kurang mampu berbisnis, tidak diberikan hak
untuk mengelola perusahaan dan hanya diberi warisan berupa uang saja. Oei Tiong
Ham sendiri memiliki 26 anak dari delapan istrinya.
Oei Tiong Ham wafat pada 1924,
hanya beselang 3 tahun pasca kepindahannya ke Singapura. Salah seorang
puteranya bernama Oei Tjong Hauw, mengambil alih kendali Oei Tiong Ham Concern
sepeninggal ayahnya. Namun hal itu tak berlangsung lama. Pasca Indonesia
merdeka, justru menjadi awal dari kehancuran kongsi dagangnya. Ketika
pemerintah Republik Indonesia memainkan peranan penting dalam sistem ekonomi.
Paviliun belakang, yang konon merupakan kandang kuda pribadi milik Oei Tiong Ham. |
Kejayaan Oei Tiong Ham Concern
berakhir tragis pada 1964, ketika pemerintah menjatuhkan vonis kejahatan
ekonomi dibalik warisan bisnisnya, setelah melalui persidangan panjang sejak
tahun 1961. Dan diputuskan seluruh aset-aset perusahaan disita oleh negara. Sejak itu pula Oei
Tiong Ham Concern secara resmi berpindah ke tangan negara, hingga kini dikenal
dengan nama PT Rajawali Nusindo yang berstastus Badan Usaha Milik negara atau
BUMN.
Aset-aset pribadi milik keturunan
Oei Tong Ham pun turut disita, termasuk rumah megah yang berada di kawasan Gergaji
tersebut. Sempat beberapa kali berpindah tangan, kini bangunan tersebut
digunakan sebagai kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Tanah bekas lokasi halaman
rumah kediaman Oei Tiong Ham pun telah berdiri berbagai gedung pemerintahan
Jawa Tengah. Seiring dengan pemerintah yang ingin membangkitkan memori
perjuangan bangsa, Oei Tiong Ham weg pun berganti dengan nama Jl. Pahlawan.
***
Sebagai penutup walking tour kami
pagi itu, Mas Fauzan mengajak kami menyusuri kawasan Mugas yang tak jauh juga
dari bilangan Gergaji. Kali ini memang sama sekali tak ada hubungannya dengan
Oei Tiong Ham, namun hanya sebagai intermezzo saja tutur Mas Fauzan.
Memasuki makam Ki Ageng Pandanaran. |
Menara Masjid. |
Di titik tertinggi kawasan yang
dulunya bernama Bukit Mugas ini, terdapat sebuah makam dari Ki Ageng Pandanaran
yang merupakan Adipati pertama Semarang. Tanggal dimana beliau diangkat menjadi
adipatilah yang dijadikan acuan hari jadi kota Semarang. Ki Ageng Pandanaran mendirikan
Pesantren dan menyiarkan agama Islam di sebuah wilayah yang subur. Disela-sela
kesuburan itu terdapat pohon asam yang jarang (bahasa Jawa: asem arang) yang
lantas menjadi asal muasal dari nama Semarang.
Dari salah satu sisi halaman
makam tersebut, kita bisa melihat lansekap kota Semarang dari ketinggian Bukit
Mugas. Tak banyak, karena sudah tertutup oleh gedung-gedung bertingkat yang
mulai menjamur. Saya menghela napas, ternyata kota kelahiran saya ini dulunya
memiliki sosok pengusaha kaya raya yang tersohor seantero Asia bahkan
Australia. Namun jejaknya di kota ini hanya tersisa sedikit, itupun nyaris
pudar. Bahkan hanya se gelintir orang yang tinggal di kota ini mengetahui kisahnya.
Sungguh ironis!
Pemandangan dari Bukit Mugas. |
Peserta walking tour pagi ini. |
aku pernah dengar kalau, PM Singapore atau beberapa tokoh singapore merupakan keturunan orang tionghoa yang berasal dari semarang. kalau tidak salah pernah baca di harian suara merdeka
BalasHapusBetul mas, konon kabarnya Lee Kuan Yeuw itu malah salah satu karyawan dr Oei Tiong Ham dulu hehehe
Hapuskakeknya Lie Kwan-Joe : Lee Hoon-Leong dari singapura pindah ke semarang untuk bekerja di Firma Oei Tiong Ham, Terus Menikah Dengan Wanita Semarang
HapusHebat juga tuh si raja gula dari semarang sampai tersohor di beberapa negara
BalasHapusDi singapura namanya diabadikan sebagai nama gedung, dan juga jalan
HapusWaktu ke Semarang tahun lalu, kayanya aku lewat Jalan Pahlawan. Tapi entah deh lupa.
BalasHapusFoto istana gergaji itu agak jauh ya mas ngambilnya. Jadi inget anaknya oei tiong ham foto di depan istana ini.
Ku baru tau, semarang berasal dari asem arang :')
Dan, ku sudah lama follow ig @bersukariawalk ini. Karena ku pikir, siapa tau suatu saat bisa berjodoh buat ikutan. Siapa tau :D
Nanti kalo ke semarang boleh dicoba ikut walking tour bersuka ria ;)
HapusIya itu foto dr jauh, krn kan udh diceritain diatas, ga boleh mendekat. Pdhl pengen bgt ambil gambar dr dket -_-
Iyaa nanti kalau ke semarang atau lainnya pengin ikut jalam jalan yang begituan 😊
HapusTapi kapan ya wkwk
Iyaa sih. Hm, kalau ijin dengan alasan-alasan begitu kira kira bisa nggak ya?
Sebenarnya bisa, soalnya gedung itu sudah ditetapkan sbg cagar budaya. Tp memang satpamnya aja kurang memahami acara2 sperti walking tour sejarah ini. :)
HapusMungkin harus lebih ekstra mendekati satpamnya ya. Seperti dibagi sebotol air mineral dingin begitu :')
HapusHm, ku jadi bayangin kalau berawal dari penasaran, lalu baca baca, lalu beneran berkunjung dan ketemu sama sumber sumber pemecah rasa penasaran begitu kayanya rasanya bahagia 😂
Ku penasaran bagian belakangnya, yang katanya pohon apa itu?
Hahaha iya bahagia :D
HapusSepertinya harus baca bukunya agnes davonar deh, untuk tahu lebih dalam rumah dan kehidupan keluarga Oei
Hahaha iya bahagia :D
HapusSepertinya harus baca bukunya agnes davonar deh, untuk tahu lebih dalam rumah dan kehidupan keluarga Oei
Kudu cari ke toko buku lawasan ini mah 😂
HapusEh e book ada nggak ya?
mungkin ada, secara nama besar agnes davonar
HapusWah menarik sekali. Mas. Asik walkling tour nya.
BalasHapusSeru mas hehehe. Itung2 jalan pagi
HapusTerima kasih sharingnya. Jadi tauu sejarah Oei Tiong Ham 😁
BalasHapusMenikmati banget cerita wakling tournya mas jd pengen main ke Semarang. . 😊
Pan kapan kalo ke semarang, ikut aja mbak Lucky. Lumayan dapat ilmu hehe
HapusWaa serunya tema walking tour samaan sama antusias penasaranmu mas, jadi bisa terjawab deh.
BalasHapusAkhir²nya yg rada gimana.... Jd ironis ketika cerita dan peninggalannya tertimbun gedung menjulang :(
Tragis sih mbak, seluruh asetnya di ambil alih negara. Makanya jejaknya semakin pudar
HapusAku pernah baca kisah oei tiong ham ini di natgeo mas. Wah ini kamu nulis juga. Jadi pengen k semarang ikut susur kesana.btw ini model walking tournya kayak laku lampah gitu ya?
BalasHapusHmm lebih ke soerakarta walking tour itu deh mbak, krn bayarnya pay as you wish :)
Hapusikutan walking tour emang menyenangkan ya hahaha
BalasHapusaku iri sama Semarang dan beberapa kota besar lain yang trotoarnya asik buat jalan kaki. lebar dan bersih. :(
Sekalian jalan-jalan pagi mas gallant :D
HapusTp itu kalo hujan licin juga loh aku pernah kepleset :(
Pabrik gula di Indonesia pada masanya memang banyak. Saya pernah ikut kelas heritage bilang di Jogja saja ada sekitar 18 pabrik.
BalasHapusBetul mas, buanyak bgt memang krn gula memang komoditas yg sangat menguntungka saat itu
HapusKalau soal gula di jogja yang masih teringat itu adalah jalur kereta pengangkut gula. Dulu pas kecil sering nebeng tapi sekarang jalurnya sudah hilang karena jadi pelebaran jalan raya
BalasHapusBetul mas, jalur rel gula sebenarnya juga banyak. Bukan cuma rel kereta.
Hapusbersukaria itu memang komunitas utk belajar sejarah di semarang mas? atau gimana?
BalasHapusorang jaman dulu istri sama anaknya banyak bener?
8 istri dan 26 anak? amazing *gagal fokus hahaha*
Orang kaya mah bebas :D
HapusBukan komunitas sih mas, tp lebih ke tour organizer. Jd walkingtour ini adalah salah satu pilihan tournya. Kebtulan memang jelajah seputaran sejarah di semarang.
Wah seru y Mas bertandang ke Museum Gula. Banyak tempat" heristage disana
BalasHapusHehehe iya mas
HapusNama Rajawali Nusindo pun aku masih kurang familiar. Ini bergerak dibidang apa sih mas?
BalasHapusKalo RNI pasti tau dong? Yg bbrp taun yg lalu sempat geger dan menyangkut nama mantan ketua KPK itu?
HapusDuhh kok saya baru tau ada museum gula di Semarang ya?
BalasHapusjadi selama ini saya ke semarang ngeliatin apaan dong?
*tanya siapa*
Eh bukan mbak, museum gula ada di klaten hehehe.
HapusKalau gak salah, salah satu puterinya itu yang ada di lukisan terkenal di Hotel Tugu Malang bukan, ya? Soalnya marganya sama-sama Oei, aku ingatnya cuma dia anak salah satu pengusaha gula terkaya jaman dulu.
BalasHapusYaak anda tepat sekali! Kisah hidup Oei Hui Lan juga dibukukan oleh novelis Agnes Davonar.
HapusSeru juga tuh walking tournya.
BalasHapusBisa belajar sejarah.
Tapi sayang ke dalam istananya nggak dibolehin masuk ya mas.
Hehehe namanya juga udh jadi kantor lembaga negara mas, jd ga bs asal masuk. Kalo ijinpun sepertinya bakal gak mudah
HapusWah wisata sejarah nih.. :D
BalasHapusjadi tau sedikit nih mas mengenai raja gula . Hehehe
Iya mas, yg deket2 hehe
Hapuswihhhh hebat ia si Raja Gula ... heeee
BalasHapusKapan ada kemudahan akses tour ia , jadi iri kepingin ikut ...
Yuk ke semarang
HapusSaya baru tau kisahnya..berarti dari dulu selain rempah2..gula juga rupanya sudah berjaya di negri pertiwi ya.
BalasHapusbetul mas, gula di indonesia ternyta memiliki sejarah yg cukup panjang
HapusNah,,,aku tuh gak bisa nulis yang beginian mas...
BalasHapusselain banyak nama yang harus aku catat biar gak salah, kemampuan menulis sejarah sepertinya memang tidak ada padaku...huuhuhu.....
Satu lagi mas: tahun :D
HapusSelain nama ngapalin taun jg susah XD
ini rumah ug di jaan kyai saleh itu ya mas? pernah si denger soal raja gula dari semarang ini. keren euy ternyata
BalasHapusudah lama ga ikut acara kaya begini padahal dulu termeasuk rajin ikut komunitas sejarah karena memang suka cerita2 sejarah
Betul mbak, skrg jd kantor OJK.
HapusSukanya ke Semarang itu banyak bangunan tua dan bersejarahnya.
BalasHapusIni walking tournya semarang agendanya pasti ada setiap bulan mas ? atau gimana?
Kapan-kapan pengem bisa gabung
Setiap minggu ada mbak Lid, temanya beda2 kok jd banyak yg bisa digali :D
HapusRame juga ya yang ikut walking tour.
BalasHapusHehe iya bang
BalasHapusAku sering denger tentang Oei Tiong Ham. Tapi baru tahu kalau perusahaannya setelah diambil alih sama negara berubah jadi RNI. Sepupuku kerja di sana padahal. Wah, kalau istananya masih utuh pasti jadi tempat wisata yang keren ya? Ada kebun binatang segala.
BalasHapusIya mbak. Kebun binatang dan tamannya luas banget. Tp sayang ga berbekas sama sekali.
HapusTinggal rumahnya itu yg skrg jdi kantor
asik mas....wisata sejarah tentang gula...Pabrik Gula Gondang pernah menjadi pabrik gula terbesar di asia Tenggara Lho mas :D main sini mas....dekat rumahku wkkkk
BalasHapusOh iya kah? Waa boleh2 kapan2 dolan klaten ah hehehe
Hapusnama besar OTH sering dengar.., tapi susur sejarahnya baru ngikutin ini....
BalasHapusrasanya pernah lewatin rumah ini pas ke Semarang
aku suka jalan ke Semarang itu karena banyak rumah tua cantik
nantik alau ke Semarang lagi aku cari ah rumahnya
mungkin banyak yg tau anak perempuannya yaitu Oei Hui Lan,
Hapuskapan2 dilihat lagi kalo berkesempatan ke semarang lagi hehehe
wah seru ya....
BalasHapusWis ga kebayang kekayaannya... 81 hektar luas tanah rumahnya.. Uwooow, anakku bisa puas lari2 itu mah :D. Suka ih aku kalo wisata sejarah gini mas..
BalasHapushahaha ya mbak, luas dan lengkap. kayak kebun raya pribadi hehe. ayo mbak lain kali ikutan kalo mampir ke semarang
Hapusseru juga yah jalan rame" thanks...
BalasHapusiy mas, asik apalagi wisata sejarah hehe
Hapuspernah dengar Raja Gula Semarang ini, tapi tidak tahu ceritanya ... ternyata berakhir tragis
BalasHapusMiris sih di negri asalnya dilupakan, sedangkan nama oei tiong ham dikenang sbg nama jalan dan memorial hall katanya
Hapuskemarin aku barusan ikut tur ini :D
BalasHapusSeru kan mas denger ceritanya :D
HapusSempat lima tahun di Semarang dulu, tapi baru tahu cerita Oei Tiong Ham weg dan asem arang ini hehe.. Kota yang mengesankan.. banyak jalan lebar, dan konturnya yang khas.
BalasHapuskuliah di semarang ya? memang jalannya lebar tapi makin macet sekarang hehe
HapusWooow, gila istrinya 8 ahahaha...
BalasHapusSayang yah gak bisa mendekat dan melihat bangunannya lebih jelas..
Salam
-Traveler Paruh Waktu
Wow, 8 istri yah? aku barusan googling ternyata di Wikipedia jumlah anak Oei Tiong Ham ada 42 dari 18 gundik.
BalasHapusMakasih mas infonya, aku jadi tau sedikit tentang Semarang dan Raja Gula yang terkenal itu.
Ada gak mas info ttg keturunannya kini, makamnya, dll.......ugh jd kepo dagh
BalasHapus