Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Jelajah Kampung Kauman Semarang

Gambar
Akhir-akhir ini saya kembali menikmati menjadi seorang pejalan kaki. Menyenangkan sekali bisa menyusuri kota, melangkahkan kaki di atas trotoarnya, hingga masuk ke gang-gang sempit. Melihat lebih dekat apa yang selama ini terlewat. Seringkali kita melewatkan suatu hal atau tempat ketika berkendara, namun akan berbeda cerita jika sedang berjalan kaki. Beruntung saya menemukan Bersukaria yang cukup sering mengadakan walking tour di kota Semarang. Tak hanya berjalan kaki, namun kita akan diajak menelusuri tempat-tempat bersejarah dan juga cerita menarik lainnya. Saya sendiri sudah beberapa kali mengikuti tur jalan kaki yang diadakan setiap akhir pekan ini. Terkadang pada saat sore ketika matahari sudah tidak terlalu terik, namun tak jarang pula diadakan pada pagi hari. Terbengkalai. Seperti pada Minggu pagi itu, saya dan beberapa teman lain sudah berkumpul di depan Hotel Dibya Puri yang terbengkalai. Kali ini kami akan diajak menjelajah kampung Kauman dan sekitarnya. Saya san

Mencari Ketenangan di Tepian Laut Utara

Gambar
Semarang pada Agustus yang sudah memasuki hitungan akhir. Angin masih setia berhembus mesra, mengibarkan merah putih dan umbul-umbul beraneka warna lainnya di sudut-sudut kota. Memeriahkan bulan yang selalu disambut dengan penuh suka cita di penjuru negeri. Pagi belum benar-benar merekah. Saya terbangun ketika hawa dingin terasa semakin menusuk. Tampaknya musim kemarau tahun ini telah tiba pada masa puncaknya. Dimana siang hari terasa begitu terik, sedangkan suhu pada malam hingga dini hari selalu membuat kita seolah tak ingin lepas dari selimut tebal. Baca Juga: Romantisme Kota Lama dalam Hitam Putih Ingin rasanya untuk kembali melanjutkan tidur. Terlebih ini adalah hari Minggu. Hari dimana kebanyakan orang bebas untuk bangun lebih siang dari biasanya. Sayangnya, mata sedang tak mau diajak berkompromi. Karena pada dasarnya  saya memang sudah terbiasa bangun pagi, bahkan sebelum alarm berdering. Jalan setapak di antara ilalang yang menari riang. Beberapa saat kemudia

Jogja dan Semangkuk Bakmi yang Menumbuhkan Rindu

Gambar
Malioboro, semacam rindu. Jogja selalu berhasil membuat banyak orang memiliki kenangan di dalamnya. Entah itu bagi yang pernah menetap disini, atau mereka yang sekedar singgah satu dua hari untuk plesir. Bagi mereka, selalu ada alasan untuk kembali menyapa keramahan kota gudeg ini. Selain keramahannya, Jogja juga memiliki Malioboro. Seruas jalan yang sebenarnya tidak terlalu lebar ini, seakan menjadi menu wajib jika berkunjung ke Jogja. Tak lengkap rasanya ke Jogja jika belum singgah di Malioboro. Bagi kebanyakan orang, Malioboro sengaja diletakkan pada daftar paling akhir untuk dikunjungi dengan berbagai alasan. Salah satunya adalah untuk berbelanja oleh-oleh. Selama ini Malioboro memang dikenal sebagai surga belanja oleh-oleh khas Jogja.  Berbagai macam barang bisa ditemukan disini. Baik yang dijajakan oleh pedagang di emperan toko, maupun di gerai-gerai ternama. Baca juga: Di Jogjakarta, Kami Bertemu Namun hal itu tak berlaku bagi saya, yang sesekali menyambangi kota

Tak Ada Pulang yang Benar-benar Jauh

Gambar
Stasiun Purwosari, pukul tujuh pagi. Adalah sepi di beberapa sudutnya. Pada musim mudik seperti ini, stasiun-stasiun kereta biasanya akan disesaki oleh calon penumpang yang akan kembali ke kampung halamannya masing-masing. Setidaknya itu yang saya bayangkan. Namun hal itu tidak saya temukan di Stasiun Purwosari, pukul tujuh pagi. Beberapa calon penumpang tampak kebingungan di depan chek in counter . Sementara yang lain terlihat kerepotan membawa barang bawaan mereka yang menggunung. Sedangkan saya yang baru saja tiba, memilih untuk langsung menghadap meja pemeriksaan tiket. Hanya segelintir calon penumpang yang telah berada di ruang tunggu, selebihnya hanya bangku-bangku kosong tak berpenghuni. Sepertinya memang tak banyak jadwal keberangkatan kereta. Atau mungkin saja tak banyak orang yang melakukan perjalanan mudik pagi itu. Terlebih pada jam yang masih berdekatan dengan pelaksanaan sholat ied. Stasiun Purwosari, pukul tujuh psgi. Bangku-bangku tak berpenghuni. S