3 Hari Untuk Selamanya Dalam 104 Menit

Judul: 3 Hari Untuk Selamanya (2007) | Sutradara: Riri Riza | Durasi: 104 Menit | Pemeran: Nicholas Saputra dan Adinia Wirasti
Lewat sudah, tiga hari 'tuk selamanya
Dan kekal lah, detik-detik di dalamnya

Tunggu sejuta rasa di hati
Yang dulu diingkari
Mungkinkah cinta itu disana
Dua hati merekah

Bagai mimpi terwujud tak disadari
Kata hati tak semua didengarkan lagi
 
Waktu berpacu harap pun jadi
Hasrat tuk memiliki
Kini tersisa reka semata
Cara untuk kembali

Semula indah terasa
Merekah seribu rencana
Mungkinkah hati miliki kembaran rasa
Semua henti di sana? percuma

Langit biru setiap liku jalan itu
Akan selalu melukiskan kisah itu
Rindu yang kian terbendung lama
Akan mencapai batasnya
Terbuai indah kenangan baru
Sesal jadi menyatu
Segalanya tlah berlalu

Setiap kali playlist Mp3 di ponsel saya memutarkan lagu ini atau kebetulan saya mendengar lagu ini sedang diputar di radio, ingatan saya langsung tertuju kepada film yang berjudul sama: 3 Hari Untuk Selamanya. Saya baru menonton film ini pada pertengahan tahun lalu. Kenapa disini saya bilang baru? Yap, karena film ini sendiri sudah dirilis pada tahun 2007, dan saya baru bisa menontonnya tahun lalu. Telat abiisss, men! Itupun hanya softcopy-nya saja, yang secara tidak sengaja saya temukan tersimpan di laptop temen saya. Yah meskipun menonton film dengan cara seperti ini ilegal sebenarnya. Dan sangat tidak saya anjurkan! Tapi karena saya memang penasaran banget sama film yang sudah bisa dibilang jadul ini, dan tak sempat menontonnya di bioskop dulu, ya akhirnya saya tonton juga di laptop sih. Wkwkwk. Abis nyari-nyari VCD/DVD-nya nggak pernah nemuin. Sayangnya sebelum saya sempat mencopy film ini dari laptop teman saya itu, dianya sudah keburu melebarkan sayapnya di dunia perantauan. *Halah* Mana di Kalimantan lagi, jauh beud! Baik-baik disana ya bro.

Bisa jadi film ini adalah film dengan genre baru yang pernah saya tonton. Baru dan berbeda. Bahkan mungkin satu-satunya di Indonesia? Entahlah. Setahu saya film-film bertemakan traveling memang sudah ada beberapa. Tapi saya jarang update tentang film-film yang sedang tayang di bioskop. Kalo pun tahu, ya hanya sekedar tahu. Saya juga jarang nonton di bioskop, dan lebih memilih nungguin sampai ditayangin di televisi gratisan. Yang entah kapan tayangnya.

Dulu sih saya ngiranya film ini bergenre romance biasa, tapi ternyata saya salah pemirsa. Nggak ada romance-romancenya sama sekali meskipun tokoh utamanya sepasang manusia jenis. Kalaupun 'dipaksakan'  dengan genre romance, endingnya akan gantung banget. Sad ending malah. Tapi menurut saya cerita atau film dengan ending nggantung banget seperti ini, justru biasanya akan ngena banget ke orang yang menontonnya. Nggak bakal gampang lupa. Ya, sekali lagi ini cuma pendapat saya loh ya.

Film road movie garapan sutradara handal Riri Riza ini berkisah tentang Yusuf yang diperankan oleh Nicholas Saputra dan sepupunya Ambar yang diperankan oleh Adinia Wirasti, ditugaskan untuk mengantar seperangkat piring dan gelas antik untuk pernikahan kakak Ambar yang akan diadakan tiga hari lagi. Masalahnya, Ibunya Ambar tidak percaya Yusuf membawa piring dan gelas tersebut dengan menggunakan pesawat, takut jika barang-barang tersebut pecah. Jadilah mereka menempuh perjalanan darat dari Jakarta ke Yogyakarta dengan menggunakan mobil. Perjalanan yang seharusnya ditempuh dalam waktu sehari, menjadi tiga hari karena beberapa hal yang mereka alami dalam perjalanan yang merubah hidup mereka selamanya.

Menonton film seperti 3 Hari Untuk Selamanya ini jelaslah membutuhkan konsentrasi penuh untuk menontonnya. Kenapa? Kalau tidak kamu akan cepat bosan. Kekuatan film ini memang terletak pada dialog-dialognya yang cerdas, segar dan jujur tapi terasa ngena banget. To the point alias langsung menusuk ke dalam hati. Dialognya yang sekilas terkesan vulgar dan tidak mendidik itu, malah sebenarnya memiliki makna yang sangat mendalam, menggambarkan hal yang sebenarnya terjadi di masyarakat dan realita generasi muda jaman sekarang.

Karakter kedua tokoh utama dalam film ini sangatlah bertolak belakang satu sama lain. Yusuf adalah seorang pemuda cerdas, sopan, malu-malu, tapi ingin melakukan hal yang menarik menurutnya. Sementara Ambar adalah wanita yang berjiwa bebas, impulsif, tetapi sering dilema dan pesimis terhadap hidup. Terbiasa dalam hedonisme kota seperti free sex, ganja dan alkohol. Dalam sepanjang perjalanan, kita akan ditemani lagu-lagu dari Float. Salah satunya ya lagu di atas tadi dengan judul yang sama. Saya juga mulai suka dengan lagu-lagu Float gegara film ini.

Selain itu, selama dalam perjalanan kita juga disuguhkan beragam budaya dan keindahan alam dari daerah-daerah yang dilewati. Namun hanya dibiarkan tampil apa adanya seperti kita memang benar-benar menikmati pemandangan sepanjang jalan yang dilalui. Cerita film ini sederhana, tentang bagaimana perbedaan dan keputusan diambil dari hal-hal paling sederhana yang terjadi selama di perjalanan. Perjalanan yang panjang menemukan hal-hal yang tidak pernah disadari sebelumnya tentang menjadi diri sendiri, persahabatan, mengambil keputusan, cinta, harapan, kematian, dan takdir.

Mungkin bagi sebagian orang film ini akan terasa datar-datar saja dan tanpa klimaks. Kebanyakan hanya berisi obrolan panjang dua orang yang sedang melakukan perjalanan, tapi film ini patut di apresiasi lebih. Terutama karena film ini adalah hasil karya anak negeri yang peduli akan sajian tontonan yang bagus dan bermutu tanpa mementingkan segi komersil belaka demi kemajuan perfilman dalam negeri

Film berdurasi 104 menit ini juga wajib banget ditonton buat ngana-ngana yang mengaku suka banget traveling, jalan-jalan, backpacking, mbolang atau entah apapun namanya. Cuma satu intinya: perjalanan. Dan traveling yang menyenangkan pun ternyata nggak harus juga ke tempat-tempat eksotis dan terkenal akan keindahannya. Seperti di film ini misalnya, cukup melakukan perjalanan dari satu kota ke kota lainnya. Melipir ke kota-kota kecil yang dilewati sepanjang perjalanan. Menyapa warga lokal setiap daerah yang dilalui. Melihat dan menemukan hal-hal baru yang sebelumnya tak pernah disadari. Bahkan mungkin kamu bisa juga mendapatkan pandangan berbeda dalam memaknai hidup. :))

Karena dasarnya saya tukang ngayal, ya saya jadi terinspirasi melakukan perjalanan seperti di film 3 Hari Untuk Selamanya ini. Apalagi ditemenin sama Adinia Wirasti uwuwuwuw :3 *ngarep*

Terus abis itu mampir ke kampung halaman kamu boleh? :D




Komentar

Posting Komentar

Baca Juga

Menyusuri Jejak Oei Tiong Ham, Raja Gula dari Semarang

Bersekutu dengan KM Kelimutu

Jelajah Kampung Kauman Semarang