Keteduhan Dalam Musik Payung Teduh


Denger kata Payung Teduh mungkin tidak menunjukan bahwa itu adalah nama dari sebuah band atau kelompok musik. Tadinya saya nggak tahu, pun termasuk teman-teman saya. Payung Teduh? Makanan apa tuh? Yakeleus!

Awalnya saya hanya tahu sekilas tentang sebuah band bernama Payung Teduh dan beberapa lagunya dari radio. Tapi karena hanya sekilas jadi ya nggak terlalu merhatiin. Sampai pada sekitar awal tahun 2014 saya bertemu dengan seorang teman yang playlist MP3nya di penuhi dengan lagu-lagu dari Payung Teduh. Penasaran, saya kepoin deh tuh. Katanya dia suka Payung Teduh sejak menyaksikannya langsung tampil di sebuah acara di Kampusnya. Kece abis, katanya. Untuk pemula seperti saya dia menyarankan untuk coba denger lagu yang judulnya Resah.
 
Oke, saya search deh tuh di YouTube.

Resah
Aku ingin berjalan bersamamu
Dalam hujan dan malam gelap
Tapi aku tak bisa melihat matamu

Aku ingin berdua denganmu
Diantara daun gugur
Aku ingin berdua denganmu
Tapi aku hanya melihat keresahanmu

Aku menunggu dengan sabar
Di atas sini melayang-layang
Tergoyah angin, menantikan tubuh itu

Pertama denger yah lumayan lah ya. Maklum, cukup sulit untuk membuat saya terkesan diawal-awal. *tsahh* Saya nggak bisa langsung suka dengan sesuatu gitu aja. Setelah dua tiga kali denger lagi ternyata enak juga nih lagu, pikir saya. Kesannya simpel tapi unik! Setiap orang bisa punya sisi berbeda dalam memaknai keresahan di lagu ini. Saya juga tergelitik dengan bait ketiganya: Aku menunggu dengan sabar / di atas sini melayang-layang / tergoyah angin menantikan, tubuh itu. Imajinasi liar saya langsung membayangkan sesosok arwah bergentayangan yang sedang merindukan sang kekasih yang masih hidup. Duh kok jadi horor gini sih? :3

Payung Teduh terbentuk pada akhir tahun 2007 dengan formasi awal Is dan Comi, pada tahun 2008 Payung teduh mengajak Cito untuk bergabung bersama sebagai drummer lalu mengajak Ivan sebagai guitalele player pada tahun 2010. Lengkaplah formasi seperti sekarang ini. Angin Pujaan Hujan merupakan lagu pertama yang memunculkan warna mereka sendiri. Dan pada akhirnya di penghujung tahun 2010 mereka memutuskan untuk merilis album indie pertamanya.  Di bulan April 2012 album kedua mereka yang berjudul Dunia Batas resmi dirilis. Berisi beberapa lagu di album sebelumnya yang diaransemen ulang dan juga beberapa lagu baru.

Musik yang dimainkan oleh Payung Teduh tidak memiliki batasan tersendiri, musik yang dimainkannya ya musik Payung Teduh itu sendiri. Pada album pertama dianggap karakter musik yang dibawakan seperti musik di era golden 60’s dengan balutan keroncong dan jazz. Tak sedikit juga yang bilang bahwa musik mereka adalah folk. Dan jika ditanya jenis musik apa yang diusung oleh Payung Teduh, maka mereka menyerahkan sepenuhnya kepada pendengar. Dalam arti bahwa Payung Teduh tidak akan hanya terpaku pada satu gendre tertentu, namun yang pasti tetap bermusik dengan ciri yang sudah mereka miliki.

Setelah mendengarkan beberapa lagunya, saya mulai menyukai musik yang dibawakan oleh Payung Teduh. Mereka punya warna musik beda, yang belum pernah saya dengar sebelumnya. Lagipula saya sedang bosan dengan lagu-lagu populer saat ini, dan lebih cenderung suka dengan lagu-lagu akustik. Payung Teduh, misalnya. Dengan warna musiknya yang baru. Entah kenapa enak aja sih di telinga. Meskipun saya tidak membatasi jenis-jenis lagu lainnya untuk didengarkan. Jadi ya mungkin kembali pada selera masing-masing.

Saya cuma satu dari sekian penikmat musik, dan perbendaharaan musik saya tak banyak. Main alat musik juga nggak bisa, untuk menyanyi pun mungkin nggak ada bedanya dengan ngedumel, nadanya fals. Saya memang bukan orang yang ahli dalam menilai suatu musik, tapi saya bisa membedakan mana musik yang bagus dan enak didengar dengan mana yang tidak. Tapi lagi-lagi ini hanya soal selera sih.

Selain Resah, ada beberapa lagu dari Payung Teduh yang menjadi favorit saya. Dan akan saya bahas satu per satu di bawah ini:

Berdua Saja
Ada yang tak sempat tergambarkan
Oleh kata ketika kita berdua
Hanya aku yang bisa bertanya
Mungkinkah kau tahu jawabnya

Malam jadi saksinya
Kita berdua di antara kata
Yang tak terucap
Berharap waktu membawa keberanian
Untuk datang membawa jawaban

Mungkinkah kita ada kesempatan
Ucapkan janji, tak kan berpisah selamanya

Ketika pertama mendengar lagu ini, seketika itu juga saya langsung suka. Iya, entah kenapa beda aja sama lagu Resah yang harus saya dengarkan berkali-kali. Satu kata untuk lagu ini: simpel. Tapi bukan simpel yang membosankan, melainkan simple yang begitu dalam dan personal. Nuansa yang dibangun lagu ini benar-benar menebuhkan lewat petikan gitar yang intim dan lirik yang begitu jujur.

Angin Pujaan Hujan
Datang dari mimpi semalam
Bulan bundar
Bermandikan cahaya di langit
Yang merah ranum seperti anggur
Wajahmu membuai diriku

Sang pujaan tak juga datang
Angin berhembus bercabang
Rinduku berbuah lara

Lagu yang sangat pendek, kalau boleh saya bilang. Hanya delapan baris, tapi liriknya bisa menjadikan lagu ini enak didengar. Melodinya agak-agak keroncong 'Nge-beat' gimana gitu. Lirik di lagu ini sederhana dalam menggambarkan sebuah kerinduan. Kata orang rindu adalah sebuah seni, jadi coba nikmatilah melalui lagu ini.

Menuju Senja
Harum mawar di taman
Menusuk hingga ke dalam sukma
Dan menjadi tumpuan rindu cinta bersama
Di sore itu menuju senja

Bersama hati yang berduka
Tertusuk pilu menganga luka itu
Diantara senyum dan menapaki jejak kenangan
Di sore yang gelap ditutupi awan
Bersama setangkup bunga cerita yang kian
Merambat di dinding penantian
Ada yang mati saat itu dalam kerinduan yang tak terobati

Baru saja ku beranjak beberapa saat sebelum itu
Ada yang mati menunggu sore menuju senja bersama

Entah kenapa suka aja dengan suasana sore atau senja. Sore adalah fase pergantian dari siang yang panas menuju malam gelap yang dingin. Menurut saya sore yang akan bertugas  menyejukkan udara sekaligus pikiran kita setelah seharian beraktifitas sebelum kita larut dalam lelapnya malam. Ya kalau hidup kamu shift malem sih beda cerita lah ya. Nah nuansa musik yang dibangun di lagu ini memang benar-benar 'sore' banget. Musik yang indah, backing vokal yang menambah kesan 'melayang-layang' dan lengkingan vokal utama Bang Is yang sedikit memilukan. Menjadikan lagu ini wajib kamu dengar ketika sore hari.

Untuk Perempuan yang Sedang Dalam Pelukan
Tak terasa gelap pun jatuh
Di ujung malam menuju pagi yang dingin
Hanya ada sedikit bintang malam ini
Mungkin karna kau sedang cantik-cantiknya

Namun mataku merasa malu
Semakin dalam Ia malu kali ini
Kadang juga Ia takut
Tatkala harus berpapasan di tengah pelariannya

Di malam hari
Menuju pagi
Sedikit cemas
Banyak rindunya

Begitu denger lagu ini, imajinasi saya langsung melayang. Dua orang bertemu di sebuah malam, berdua saling menuturkan sebuah cerita dalam sebuah lingkaran bernama kenyamanan. Setiap perempuan pasti berharap untuk bisa menjadi perempuan di lagu ini, begitu pula setiap laki-laki yang berharap bisa memeluk si perempuan dalam dekapannya. Uwuwuw :3 Tapi lucunya beberapa teman laki-laki (termasuk saya juga ding) ketika denger lagu ini malah seperti menyanyikan untuk perempuan yang sedang dalam pelukan orang lain. Wkwkwkwk. Nasib lu, mblo! Ngenes!

Mari Bercerita
Seperti yang biasa kau lakukan
Di tengah perbincangan kita
Tiba-tiba kau terdiam
Sementara ku sibuk menerka apa yang ada di pikiranmu

Sesungguhnya berbicara denganmu
Tentang segala hal yang bukan tentang kita
Mungkin tentang ikan paus di laut
Atau mungkin tentang bunga padi di sawah

Sungguh bicara denganmu
Tentang segala hal yang bukan tentang kita
Selalu bisa membuat kita lebih bersahaja

Malam jangan berlalu
Jangan datang dulu terang
Telah lama ku tunggu
Ku ingin berdua denganmu
Biar pagi datang
Setelah aku memanggil terang

Aih, pencuri kau terang

Sayangnya saya nggak bisa menemukan versi rekaman studio asli lagu ini. Entah itu di YouTube atau download lagunya. Mungkin ada kali ya di Album resminya. Tauk ah! Di YoutTube cuma ada rekaman Payung Teduh saat berkolaborasi dengan seorang penyanyi bernama Icha sedang tampil di sebuah acara pertunjukan konser. Icha siapa dan konser apa saya nggak tahu. Males googling aja sih. Bye!
Lagi-lagi, di lagu ini Payung Teduh benar-benar bisa meneduhkan lewat setiap lirik dalam lagunya. Sudah seperti ciri khasnya. Yang terkadang bisa begitu indah layaknya sebuah puisi romantis yang begitu jujur dalam menunjukkan perasaan.

Tidurlah
Akhirnya malam tiba juga
Malam yang ku nantikan sejak awal
Malam yang menjawab akhir kita
Ini kah akhir yang kita ciptakan

Dan pagi tak kan terisi lagi
Lonceng bertingkah sebagaimana mestinya
Membangunkan orang tanpa membagi
Sedikit asmara untuk memulai hari

Tidurlah
Malam terlalu malam
Tidurlah
 Pagi terlalu pagi

Sebagai penutup saya sengaja memilih lagu ini. Dengan liriknya yang jujur ditambah alunan vokal dan petikan gitar Bang Is akan mengantar kita ke tidur yang lelap. Setelah melalui kerinduan dikala senja, keresahan dalam penantian, lalu akhirnya terobati dalam pertemuan manis dan saling bercerita sepanjang malam, seperti yang digambarkan lewat lagu-lagu sebelumnya.

Mendengar musik Payung Teduh membuat kita seakan terhanyut dalam suasana malam. Tapi bukan malam yang biasanya identik dengan gelap dan menyeramkan. Melainkan malam yang begitu meneduhkan, sehingga kita bisa menikmati segala bentuk perasaan yang muncul di kala malam. Entah itu keresahan terhadap sesuatu, perasaan rindu kepada seseorang, atau sebuah keikhlasan dalam penantian panjang. Lalu mengantarkan kita dalam tidur yang lelap, sebelum berjumpa kembali dengan esok hari
Selamat mendengarkan :))


Komentar

  1. Lagunya asyik..pertama liat perform n dnger lagunya pas di kota tua..disaat nontonnya pada sm pasangannya saya sama adek saya jiahhh....

    BalasHapus
  2. permisi..numpang baca

    BalasHapus

Posting Komentar

Baca Juga

Menyusuri Jejak Oei Tiong Ham, Raja Gula dari Semarang

Bersekutu dengan KM Kelimutu

Jelajah Kampung Kauman Semarang