Jogja, 0 KM dan Elegi Patah Hati



Tetiba aku mengingatmu..
Ketika senja yang dibalut jingga perlahan turun di atas langit Jogja. Diantara riuhnya orang-orang yang berlalu-lalang, atau sekedar duduk-duduk menikmati suasana sore yang hampir habis di sekitaran Titik Nol Kilometer Jogja.

"Karena yang bisa kucintai darimu kini dan nanti adalah kenangan ..." Ujarmu lirih. Lebih tepatnya pasrah.

Kita terlalu bodoh mungkin, terlalu banyak menghabiskan waktu tanpa ada kata yang mengungkap rasa diantara kita. Perkara semua ini akan bermuara kemana, diakhiri kata bersama atau tidak, itu soal nanti. Serahkan saja pada takdir.
 
Dan kini, aku hanya bisa memaki takdir yang nyatanya tak pernah berpihak pada kita.

Ibarat sebuah buku, kita hanya sepotong kisah yang pernah terselip diantara lembaran kisah hidupmu. Hanya beberapa halaman, bukan satu bab penuh. Apalagi menjadi ending. Tentu bukan.

Teringat sebuah janji yang pernah terucap, suatu saat nanti bisa menikmati Kota Jogja bersama. Sejenak lari dari rutinitas kerja. Bukan lagi tentang mengejar sunrise terindah di Ratu Boko,  menjejakkan kaki di hamparan pasir putih pantai di Gunung Kidul, menyaksikan senja perlahan menghilang di Embung Nglanggeran, atau menikmati gemerlap kota Jogja ketika malam dari atas ketinggian di Bukit Bintang.

Ya, mungkin kita sama-sama lelah dan bosan, lalu akhirnya mengerti bahwa semua ini tak berarti apa-apa.
Mengejar semua hal tentang keindahan, tapi kita justru tak tahu apa arti dari keindahan itu sendiri.

Lalu kini kita sepakat, Jogja tak melulu tentang Malioboro, pantai, atau senja bukan?

Atau ketika menyusuri sebuah
pagi sekedar menemanimu mencari sarapan di Pasar Ngasem, yang menurutku itu jarak yang lumayan jauh dari penginapan jika hanya untuk mencari sarapan. Entah ada apa dengan pikiranmu.

Akhirnya aku tahu alasannya, ketika kau mengungapkan kekecewaanmu yang kembali gagal menyaksikan penyair favoritmu tampil di acara FKY yang digelar bulan lalu. Disini, di Pasar Ngasem.

Tak terasa sore benar-benar habis,
Sudah ya? Cukup.
Aku lelah, tolong pergi sejenak dari pikiranku

Komentar

  1. BW kesini jadi kangen Yogyakarta deh

    BalasHapus
  2. Terimakasih sudah berkunjung :)
    Jadi kapan ke jogja lagi?

    BalasHapus
  3. aq kapan ke jogja ma semarang ?? :'(

    BalasHapus
  4. Aih suka tulisan ini. Betewe salam kenal mas. Tulisan-tulisannya manis, saya suka :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal jg mbk, thanks udh mampir :')

      Hapus

Posting Komentar

Baca Juga

Menyusuri Jejak Oei Tiong Ham, Raja Gula dari Semarang

Bersekutu dengan KM Kelimutu

Jelajah Kampung Kauman Semarang